Tari Kecak, Sajian Paling Ditunggu di Uluwatu

Tari Kecak, Sajian Paling Ditunggu di Uluwatu - GenPI.co

Pura Uluwatu menjadi tujuan kedua peserta Familiarization Trip (Famtrip) asal Filipina, saat berkunjung ke Bali, Sabtu (23/2). Pura yang berada di ujung barat daya pulau Bali ini dibangun di atas anjungan batu karang yang terjal dan tinggi. Ini merupakan Pura Sad Kayangan yang dipercaya oleh orang Hindu sebagai penyangga dari 9 mata angin.

Asisten Deputi Bidang Pemasaran I Regional III Kemenpar Ricky Fauziyani mengatakan, awalnya Pura Uluwatu digunakan sebagai tempat memuja seorang pendeta suci dari abad ke-11 bernama Empu Kuturan. Ia menurunkan ajaran Desa Adat dengan segala aturannya. Seiring berjalannya waktu, tempat yang disucikan ini pun dibuka untuk umum dan menjadi salah satu dayatarik wisatawan yang berkunjung ke Bali.

"Dari salah satu tebing, wisatawan bisa melihat laut lepas yang berwarna biru jernih. Deburan ombak yang menghantam dinding karang di bawah sana, juga menjadi latar belakang paling menarik untuk swafoto. Banyak sekali wisatawan yang mengunjungi destinasi wisata religi ini. Salah satu alasan adalah keberadaan atraksi Tari Kecak yang selalu disajikan setiap hari menjelang petang," ujarnya, Minggu (24/2).

Satu jam sebelum petunjukan atau sekitar pukul 17.00 WITA, pengunjung yang ingin menonton Tari Kecak sudah mulai mendatangi lokasi untuk mencari tempat duduk paling strategis, agar bisa menyaksikan persembahan Tari Kecak dengan lebih detail. Satu persatu pengunjung memadati lokasi hingga penuh sesak dari tribun paling atas hingga sebagian terpaksa harus lesehan di bawah karena tidak kebagian tempak duduk.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizky Handayani menjelaskan, Kecak adalah pertunjukan dramatari seni khas Bali yang lebih utama menceritakan tentang kisah Ramayana yang dimainkan terutama oleh laki-laki. Tarian ini dibawakan oleh banyak penari laki-laki, bisa belasan hingga puluhan. Secara umum, tarian ini menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana.

"Kecak sebenarnya berasal dari ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar. Mereka melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat," bebernya.

Sajian Tari Kecak mulai dimainkan sekitar pukul 18.00 WITA. Mula-mula, sejumlah orang dengan mengenakan kain kotak-kotak dan bertelanjang dada muncul ke tengah pentas. Mereka membentuk formasi melingkar mengelilingi api yang berada di bagian tengah. Semua menjulurkan tangan ke depan dengan iringan suara ‘cak-cak-cak’ yang dinyanyikan secara akapela atau tanpa musik sama sekali.

Di tengah pertunjukan, sesekali muncul tokoh-tokoh Ramayana seperti Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman dan Sugriwa. Mereka ini yang menghidpkan suasana dan membawakan cerita melalui tarian-tariannya. Mendekati akhir pertunjukan, lakon yang dibawakan semakin dramatis karena diwarnai perkelahian dimana tokoh Hanoman dibakar. Di luar itu, karakter monyet putih ini juga menampilkan kelucuan dan sempat pula berinteraksi dengan penonton.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya