Cek Ana yang Resah, Sebab Adab Bersantap Tak Lagi Dijunjung

Cek Ana yang Resah, Sebab Adab Bersantap Tak Lagi Dijunjung - GenPI.co
Nyimas Nurjannah, kerap disapa Cek Ana yang resah dengan cara bersantap masa kini yang meminggirkan adab bersantap warisan leluhur.

“Dulu tamu yang mau makan tangannya dicucikan. ” Begitu ucap Nyimas Nurjannah kepada GenPI.co selasa (8/4). Ucapannya itu lantaran ia mengenang masa lalu. Waktu di mana adab bersantap dijunjung di atas kepala. Sekarang, tidak lagi.

Nyimas Nurjannah adalah salah seorang juru masak makanan khas Palembang yang masih tersisa saat ini. Dia telah memasak selama 32 tahun untuk berbagai acara adat Palembang. Mulai dari acara akikah, pernikahan, sampai acara sedekah rumah. Oleh pemilik  hajat, wanita tua yang  dipanggil cek Ana diminta memasakkan kuliner khas Palembang yang akan dihidangkan kepada para tamu. Biasanya pempek, nasi minyak, dan kue maksuba.

Selama tiga empat windu itu, cek Ana telah melihat berbagai pergeseran dalam cara makanan Palembang. Baik ketika disiapkan maupun saat disajikan. Juga perubahan pada cara melayani para tamu dari pihak tuan rumah acara.

Cek Ana yang kini berusia 57 tahun mengatakan bagaimana cara menghidangkan makanan bagi tamu di masa lalu saat hajatan. Bila acara dilaksanakan di luar ruang di bawah tenda, maka Setiap hidangan disajikan di atas meja persegi empat atau meja bundar yang dipersiapkan hanya untuk delapan orang tamu.Cek Ana yang Resah, Sebab Adab Bersantap Tak Lagi DijunjungAdab bersantap orang Palembang di rumah Limas. (Foto:Instagram/@pemaintepijalan)

Sementara untuk acara di dalam rumah adat Limas, hidangan disajikan di atas kain persegi empat yang dihamparkan di atas lantai rumah. Lagi-lagi hanya untuk delapan orang tahun per sajian orang tamu.

Pada acara di luar ruang, para tamu yang datang langsung diberi tempat duduk di masing-masing meja. Setelah tiba waktu perjamuan, nasi dan lauk pauk diantarkan oleh tuan rumah langsung dari dapur atau tempat masak menuju ke setiap meja makan.

Lalu seorang wakil tuan rumah membawa teko berisi air dan baskom kecil. Ia berkeliling dari meja ke meja menawarkan para tamu untuk mencuci tangan mereka sebelum makan.

Bila jumlah tamu lebih banyak daripada jumlah meja yang tersedia maka para orang tua dan tokoh masyarakat diberi kesempatan pertama untuk makan. Setelah selesai makan, mereka akan digantikan oleh para tamu lainnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Selanjutnya