GenPI.co 
Pidato Kim muncul setelah Korea Utara dalam beberapa pekan terakhir menguji coba rudal jelajah jarak jauh dan apa yang dikatakannya sebagai senjata hipersonik.
Pada tahun 2018, Kim menjadi pemimpin Korea Utara pertama yang bertemu dengan presiden AS yang dalam sebuah KTT di Singapura.
Tetapi proses pembicaraan sebagian besar terhenti sejak pertemuan kedua di Hanoi pada tahun berikutnya gagal mencapai keringanan sanksi dan apa yang bersedia diserahkan Pyongyang sebagai imbalannya.
BACA JUGA: Eks Petinggi Pentagon Akui Kedigdayaan China, AS Tak Akan Berdaya
Pemerintahan Biden mengatakan pihaknya bersedia bertemu dengan pejabat Korea Utara kapan saja atau di mana saja, tanpa prasyarat, dalam upayanya mencari denuklirisasi.
Washington dan Seoul adalah sekutu keamanan di mana sekitar 28.500 tentara AS ditempatkan di Selatan untuk mempertahankannya dari tetangganya, yang menyerbu tahun 1950.
BACA JUGA: Israel Bersuara Lantang, Iran Jangan Cari Perkara di Golan
Selatan dan Amerika Serikat mengadakan latihan militer bersama pada bulan Agustus. lankah ini selalu membuat marah Pyongyang, yang mengecam mereka sebagai persiapan untuk invasi.
Korea Selatan telah meningkatkan kemampuan militernya sendiri, berhasil menguji rudal balistik kapal selam pertamanya pada bulan September dan mengungkapkan rudal jelajah supersonik.
BACA JUGA: AS dan Inggris Memperingatkan Warganya di Kabul, Ancaman Mendekat
Pemimpin Korea Utara menuduh Korea Selatan munafik, dengan mengatakan "upaya mereka yang tidak terbatas dan berbahaya untuk memperkuat kekuatan militer menghancurkan keseimbangan militer di semenanjung Korea dan meningkatkan ketidakstabilan dan bahaya militer".(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News
