Itulah pokok pembicaraan berbagai delegasi Amerika ke Taiwan. Setidaknya, kedatangan delegasi itu membuat tenang Taiwan –di tengah berita perang di Ukraina.
Taiwan telanjur jadi produsen chip terbesar bagi Amerika Serikat –dan hanya pabrik itu yang listriknya tidak ikut mati.
Bagi Amerika, Taiwan amat rumit. Tidak semudah melepas tangan seperti di Ukraina. Bagi Tiongkok, Taiwan juga rumit. Buntut serangan pada Taiwan sangat panjang.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Rusia vs Ukraina: Menunggu Joker
Tapi akan ada serangan atau tidaknya ke Taiwan harus menunggu momentum.
Pemantik momentum itu hanya satu: kapan Taiwan berani mengumumkan proklamasi sebagai negara merdeka.
BACA JUGA: Catatan Terbaru Dahlan Iskan: Mari Mas
Hanya itu. Begitu proklamasi itu dinyatakan, Tiongkok tidak punya pilihan lain: menggempurnya. Itu amanat UUD Tiongkok: untuk menyatukan seluruh wilayah negara –termasuk Taiwan.
Sepanjang proklamasi itu tidak dilakukan, rasanya Tiongkok masih sabar menanti.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Rusia vs Ukraina: Mati Lagi
Persoalannya: penyatuan itu telah menjadi sumpah Xi Jinping –harus terjadi dalam masa kepemimpinannya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News