Hasilnya adalah 5 hingga 47 teragram (11-103 b. pon) asap dan jelaga menumouk di atmosfer bagian atas.
Studi ini menemukan bahwa badai api dari perang nuklir akan membawa aerosol yang menghalangi cahaya ke stratosfer, menghasilkan pendinginan global.
Lautan merespons melalui dua rentang waktu: peristiwa pendinginan yang cepat dan pemulihan yang lama, yang menunjukkan respons histeresis (keterlambatan input/output dalam sistem yang berubah) lautan terhadap pendinginan global.
BACA JUGA: Program Nuklir Korea Utara Bakal Dapat Respons Keras dari AS
Badai api akibat ledakn nuklir akan menyebabkan gagal panen di seluruh dunia.
Pada bulan pertama setelah ledakan nuklir, suhu global rata-rata akan turun sekitar 7°C, perubahan suhu yang lebih besar daripada di Zaman Es terakhir.
BACA JUGA: WHO Pantau Centaurus, Subvarian Covid-19 yang Sangat menular
“Perang nuklir menghasilkan konsekuensi yang mengerikan bagi semua orang,” kata rekan penulis Alan Robock, Profesor Terhormat di Departemen Ilmu Lingkungan di Universitas Rutgers.
Dia mengatakan, para pemimpin dunia telah menggunakan penelitian yang mereka lakukan sebelumnya sebagai dorongan untuk mengakhiri perlombaan senjata nuklir pada 1980-an.
BACA JUGA: Perangkat Peledak Nuklir Korea Utara Aktif, Korsel Ancang-ancang
Imbasnya, lima tahun lalu timbul perjanjian di PBB untuk melarang senjata nuklir.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News