Mobil terbalik dan hangus. Rumah sakit utama di Gaza Selatan, Nasser, berantakan.
“Semuanya hanya puing-puing,” kata Ahmad Abu al-Rish yang sedih. “Hewan tidak bisa hidup di sini, jadi bagaimana manusia bisa hidup?”
Israel selama berminggu-minggu telah berjanji melakukan serangan darat di dekat Rafah . Namun kota ini menampung sekitar 1,4 juta orang – lebih dari separuh populasi Gaza.
BACA JUGA: Desak Israel Selesaikan Serangan di Gaza, Donald Trump Sebut Dukungan Global Memudar
Prospek terjadinya serangan telah menimbulkan kekhawatiran global, termasuk dari sekutu utama Israel, Amerika Serikat, yang menuntut adanya rencana yang kredibel untuk melindungi warga sipil.
Mengizinkan orang untuk kembali ke dekat Khan Younis dapat mengurangi tekanan pada Rafah.
BACA JUGA: Desakan Gencatan Senjata di Gaza Meningkat, Israel Sebut Tidak Akan Menyerah
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby pada hari Minggu mengulangi penentangan AS terhadap serangan Rafah.
Dia mengatakan kepada ABC bahwa AS percaya bahwa penarikan sebagian Israel “sebenarnya hanya sekedar istirahat dan perombakan pasukan yang telah berada di lapangan selama empat bulan dan bukan tentu saja, yang kami tahu, merupakan indikasi akan adanya operasi baru untuk pasukan ini.” (*)
BACA JUGA: KPK Panggil 2 Hakim Agung MA soal Kasus TPPU Gazalba Saleh
Video seru hari ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News