GenPI.co 
GenPI.co - Ratusan juta warga di wilayah India bagian utara harus menghirup udara beracun pada Minggu, (14/11) sehari setelah perayaan Diwali, atau festival cahaya dalam ajaran Hindu. Mirisnya sebelum acara itu, warga justru menentang larangan pembakaran petasan.
Di Kota New Delhi, misalnya, asap pekat melingkupi udara, dengan tingkat polusi rata-rata di area ini mencapai sembilan kali lipat dari ambang aman menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
BACA JUGA: Rayakan Diwali, Priyanka Chopra dan Nick Jonas Liburan ke Meksiko
Kepala Menteri di wilayah Ibu Kota Delhi, Arvind Kejriwal, sebelumnya telah melarang penjualan dan penggunaan petasan menjelang hari perayaan tersebut, namun kebijakan tersebut sulit diberlakukan.
Masyarakat di ibu kota membakar petasan dalam jumlah besar demi merayakan festival ini dengan meriah, sejak Sabtu (14/11) hingga Minggu dini hari.
Polusi udara di New Delhi biasanya memburuk pada Oktober dan November karena dua bulan ini merupakan masa pembakaran limbah pertanian yang ditambah dengan asap buangan pembangkit listrik tenaga batu bara dari wilayah sekitar, gas buang kendaraan, serta kurangnya angin.
Belum lagi, wabah covid-19 yang terus terjadi, dengan lebih dari 400.000 kasus terkonfirmasi di New Delhi saja, juga menambah risiko kesehatan yang disebabkan oleh asap polusi.
Menurut data pemerintah yang dianalisis oleh Reuters, kota-kota di sejumlah negara bagian di India, termasuk Punjab, Uttar Pradesh, Haryana, Bihar, serta New Delhi, mempunyai tingkat polusi udara yang lebih parah setelah Diwali tahun ini dibandingkan tahun lalu.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News
.webp)
