
Lazimnya gedung perpustakaan itu dipenuhi dengan ribuan koleksi buku. Namun tidak di Perpustakaan Pusat Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Tak sekadar meyimpan ribuan koleksi judul buku, perpustakaan ini juga berisi koleksi foto dan benda layaknya sebuah museum.
Foto-foto tua, terutama pada masa kolonial menghiasi dinding ruang yang adem. Pengunjung dapat menikmati suasana Gorontalo pada masa lalu, saat pemerintahan kolonial Hndia Belanda.
Koleksi foto-foto ini terutama aktifitas masyarakat di pusat kota, pelabuhan dan gedung-gedung pemerintahan. Selain itu terdapat koleksi musik khas Gorontalo, Polopalo yang terbuat dari bambu.
“Alhamdulillah, pada 21 Maret 2019 saya mendapat kabar tertulis bahwa perpustakaan ini mendapat kehormatan pengakuan secara nasional dalam Forum Kolokium Nasional Permuseuman Perguruan Tinggi se-Indonesia,” kata Joni Apriyanto, perintis museum perpustakaan Universitas Negeri Gorontalo, Rabu (27/3).
Joni Apriyanto yang waktu itu menjabat Kepala Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Perpustakaan bekerja keras menyiapkan koleksi ini. Joni yang juga ahli sejarah kolonial Gorontalo ini pun mendadani sebagian ruang perpustakaan ini layaknya museum.
Maka jadilah suasana yang enak. Mahasiswa pun punya pemandangan baru saat suntuk membaca buku, mereka bisa keliling ruangan sambil menikmati koleksi museum ini.
“Kalau bosan membaca bisa jalan-jalan di ruang sebelah sambil melihat Gorontalo masa lalu melalui foto-foto,” kata Arifin Ahmad, mahasiswa pengunjung museum.
Menurut Joni Apriyanto, eksistensi Museum Pusaka Pustaka Kebudayaan UNG ini telah masuk daftar database 'Jelajah Nusantara'. Itu adalah posisi strategis dan peran museum universitas dalam pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News