Catatan Dahlan Iskan soal Perindo: Panggung Besar

Catatan Dahlan Iskan soal Perindo: Panggung Besar - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Disway

Tapi Tuan Guru Bajang kelihatannya tidak bisa banyak berbuat. Meskipun jabatannya setinggi ketua harian tapi kekuasaan yang melekat padanya kelihatannya terbatas.

Di sebuah perusahaan swasta, jabatan itu kadang tidak penting. Anda bisa punya jabatan mentereng apa pun, tapi yang paling berkuasa di situ adalah yang memegang buku cek.

Atau, kalau sekarang –ketika buku cek tidak penting lagi– yang paling berkuasa adalah yang memegang tombol token e-banking.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Pilpres: Quick Count

Di Lombok sendiri Tuan Guru Bajang sementara peraih suara terbanyak. Menurut hitungan sementara, suara terbanyak kedua dipegang caleg dari Gerindra: Lale Syifaun Nufus.

Lale Syifaun Nufus adalah sepupu Tuan Guru Bajang. Dia adik dari pemimpin tertinggi Nahfldlatul Wathan Anjani: Tuan Guru Lalu Gede Zainuddin Atsani.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Caleg: Saling Sepak

Di Lombok dulunya hanya ada satu NW. Yakni yang didirikan Tuan Guru  Zainuddin Abdul Majid di tahun 1953. Keulamaan Tuan Guru ini diakui sampai di Makkah. Beliau punya dua putri. 

Akhirnya NW pecah dua. Sejak 1998. Saat itu, sang putri pertama, Siti Raihanun terpilih sebagai ketua NW. Keluarga satunya tidak setuju. Mereka menguasai kantor pusat NW yang di Pancor. 

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Tanpa Mega

Maka kubu Raihanun memindahkan kantor pusat NW ke Desa Anjani. Sejak itu ada NW Pancor dan NW Anjani. Tidak pernah bisa bersama lagi. Sampai sekarang. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya