
Akademisi itu memaparkan bahwa imajinasi masyarakat Indonesia terhadap terorisme merupakan gambaran dari dua dekade yang lalu.
“Kita masih selalu anggap masih ada satu kelompok yang terorganisasi. Trus kita cari kaitan, oh ini dengan Manila, ini dengan JAD, dan lain-lain,” paparnya.
BACA JUGA: Soroti Aksi Terorisme, Deddy Corbuzier: Radikalisme Harus Dilawan
Filsuf itu menegaskan bahwa teorisasi tersebut bisa dilakukan dalam kajian akademis, tapi tak boleh digunakan oleh komentator publik.
“Para peneliti akhirnya menganggap orang-orang di media massa tidak tahu kalau ada perubahan setting dalam benak psikologi pelaku terorisme itu,” tuturnya.(*)
Kalian wajib tonton video yang satu ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News