
Ki Manteb yang pertama kali membawa alat musik modern ke atas pentas wayang kulit, seperti tambur, biola, simbal, atau terompet.
Popularitas Ki Manteb Sudarsono sebagai seniman tingkat nasional mulai diperhitungkan publik sejak ia menggelar pertunjukan Banjaran Bima sebulan sekali selama setahun penuh di Jakarta pada tahun 1987.
Pergelaran tersebut diselenggarakan setiap bulan sebanyak 12 episode sejak kelahiran sampai kematian Bima, sang tokoh Pandawa.
Semasa hidupnya, sederet prestasi pun dia torehkan. Ki Manteb sudah menjadi dalang bertaraf internasional, ia menjadi perwakilan Indonesia ketika wayang diakui oleh UNESCO sebagai warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur.
Pada 2010 dia mendapat penghargaan “Nikkei Asia Prize Award 2010” dalam bidang kebudayaan karena kontribusinya yang signifikan bagi kelestarian dan kemajuan kebudayaan Indonesia terutama wayang kulit.
Dia pun pernah memecahkan rekor MURI dengan mendalang selama 24 jam 28 menit tanpa istirahat.
Pada tahun 1995, ia mendapat penghargaan dari Presiden Soeharto berupa Satya Lencana Kebudayaan.
BACA JUGA: Ki Manteb, Sang Maestro Dalang yang Tak Pelit Ilmu
Indonesia memang baru saja kehilangan sosok yang begitu berpengaruh di dunia seni, terutama seni wayang kulit.
Namun, karya-karya Ki Manteb akan tetap abadi dan terus diturunkan kepada generasi-generasi Indonesia.
BACA JUGA: Sakit Paru-paru, Ki Manteb Sempat Dinyatakan Positif Covid-19
Video heboh hari ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News