GenPI.co 
Ia juga menciptakan banyak karya, seperti lagu Kasim Baba dan Keroncong Sejati.
Pada 1938, ia merambah ke dunia film dengan mengisi ilustrasi musik untuk layar lebar berjudul Terang Bulan, lewat lagu-lagunya berjudul Pulau Saweba, Di Tepi Laut, dan Duduk Termenung.
Setahun kemudian, Ismail Marzuki menulis 2 lagu berbahasa asing, yakni Als de Ovehedeen dan Als’t Meis is in de tropen.
BACA JUGA: Roehana Koeddoes Tampil di Google Doodle Hari Ini, Siapakah Dia?
Pada tahun yang sama, Ismail Marzuki juga menciptakan enam lagu berbahasa Indonesia, Bapak Kromo, Bandaneira, Olee lee di Kutaraja, Rindu Malam, Lenggang Bandung, dan Melancong ke Bali.
Pada 1940, Ismail Marzuki menikah dengan primadona orkes musik bernama Eulis Zuraidah.
BACA JUGA: Google Doodle Tampilkan Ellya Khadam, Ini Profil Sang Maestro
Ia kemudian, menulis lagu Rayuan Pulau Kelapa di tahun 1944, yang menjadi lagu penutup siaran Televisi Republik Indonesia (TVRI).
Selain berkiprah di dunia musik, Ismail Marzuki juga turut berkontribusi pada masa perjuangan zaman penjajahan Jepang dan Belanda.
BACA JUGA: Game Champion Island di Google Doodle, Begini Cara Mainnya!
Pada masa penjajahan Jepang, Ismail Marzuki aktif dalam orkestra radio Hozo Kanri Keyku, Radio Militer Jepang.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News
