Bahkan, saat memperlakukan barang reject atau gagal pun, harus dengan adab.
"Kita daur ulang lagi, tapi tetap jangan sampai menyentuh lantai cecerannya," katanya.
Tak hanya itu, di percetakan Syaamil terdapat satu akuarium berisi ikan yang diletakkan di area pembuangan limbah. Gunanya untuk mengecek apakah bahan limbah yang dibuang masih aman atau tidak.
BACA JUGA: Industri Pariwisata Bergeliat, Pemesanan Penginapan di OYO Tumbuh 90 Persen
"Kalau limbah itu mencemari air dan ikannya jadi mati, berarti ada yang salah dari proses kita memilih dan menggunakan bahan baku. Namun, sejauh ini alhamdulillah ikannya masih tetap hidup," ungkapnya.
Dalam sehari, percetakan Syaamil bisa menghasilkan 9.000 eksemplar Al-Qur'an.
BACA JUGA: Berwisata Tradisional di Kota Bandung, Kamu Wajib Mampir ke Kampung Keramik
Proses yang dilakukan cukup panjang. Mulai dari pengecekan desain, proses cetak, lipat, penyusunan lembaran mushaf, penjahitan, pengeleman, jilid atau cover, memasang batas pita, proses embos, casing in, dan terakhir quality control out going.
"Sebagian besar pekerja di sini merupakan warga Kiaracondong. Kami memang ingin memberdayakan masyarakat sekitar," jelasnya.
BACA JUGA: Liburan Akhir Tahun, Jelajahi Wisata Urban Lewat Enjoy Creative Jakarta
Meski teknologi telah berkembang bahkan zamannya sudah serba digital, dia berharap Al-Qur'an cetak tetap memiliki segmen khusus. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News