Lima Suku Indonesia dalam Potret

Lima Suku Indonesia dalam Potret - GenPI.co
Potret salah satu Suku Indonesia

Ada yang istimewa di Institute Francois Indonesia, kawasan Wijaya Jakarta Selatan, Selasa (4/12). Dion Agam Arliando yang tergabung dalam galeri foto Paramata secara resmi membuka pameran foto hasil bidikan pribadinya. Pameran foto itu benyuguhkan tema ‘Pelestari Tradisi’.

Pembukaan sekaligus hari pertama pameran foto itu dihadiri oleh Founder Galeri Foto Paramata Ferry Ardianto. Tampak pula Atase Budaya Institut Francois Indonesia Abdramane Kamate dan Wakil Program Studi Seni Rupa Fotografi Trisakti. Dalam pembukaan pameran, pengunjung juga disuguhkan sajian pertunjukkan seni tari Lenggang dari Betawi.

Founder Galeri Foto Paramata Ferry Ardianto mengatakan bahwa kegiatan pameran seperti ini sangat penting. Ini adalah wadah bagi para fotografer dan pecinta seni untuk menunjukkan hasil karyanya.

“Event seperti ini sangat penting dan perlu untuk diselenggarakan secara rutin sebagai wadah bagi para seniman untuk menunjukkan hasil karyanya. Pasalnya, sudah banyak fotografer dan komunitas fotografi, namun ruang untuk menunjukkan eksistensi dan ruang diskusinya masih sangat terbatas,” ungkap Ferry dalam sambutannya.

Dalam pameran itu, Dion Agam Arliado menunjukkan apresiasinya atas pelestarian budaya yang dilakukan oleh mereka yang masih bertahan dan merasa bangga akan budaya mereka. Deretan potret yang  dipamerkan merupakan hasil hunting Dion selama tiga tahun di lima suku di Indonesia. Suku-suku tersebut adalah Nias, Kapitang, Kombol, Minahasa Toulour, dan Mollo.

“Pameran saya kali ini menampilkan 18 koleksi foto yang saya kumpulkan selama kurang lebih 3 tahun sejak tahun 2015, di 5 suku di Indonesia. Prosesnya cukup lama karena saya juga harus melakukan pendekatan ke penduduk lokal dan tinggal bersama mereka selama kurang lebih 1 bulan,” tutur Dion.

Dalam pameran itu, Dion ingin memperkenalkan orang-orang yang secara teguh hingga sekarang menjaga budaya. “Inilah bentuk apresiasi saya untuk mereka lewat karya fotografi,” tambahnya.

Dion menegaskan, pameran ini bukan tentang eksistensi sang fotografer.  Namun  mengenai  mereka yang ingin berkisah tentang budaya melalui dirinya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya