Mitos Beringin Kembar Yogyakarta Bikin Penasaran Wisatawan

Mitos Beringin Kembar Yogyakarta Bikin Penasaran Wisatawan - GenPI.co
Beringin kembar yang ada di Patehan, Kraton, Yogyakarta.

Di tengah kepadatan Kota Yogyakarta yang semakin disentuh dengan modernisasi. Nampaknya, tak menghilangkan mitos yang diyakini hingga saat ini. Yaitu Mitos beringin kembar  yang ada di Patehan, Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tidak peduli siang atau malam, banyak wisatawan lokal mau pun mancanegara yang masih penasaran dengan mitos yang bertebaran tentang beringin kembar di alun- alun Jogya tersebut. Alun- alun ini berukuran 300 x 300 meter, dikelilingi pager setinggi 2 meter dan lima bukaan ebagai pintu masuk alun alun. Yang sudah ada semenjak jaman Majapahit.

Beringin kembar tersebut sangat terkenal karena permainan Masangin, jalan diantara dua pohon beringin. Permainan dengan kondisi mata tertutup berjalan melewati antara beringin kembar tersebut. Konon, bila ada yang berhasil melakukan hal tersebut akan segera menemukan jodohnya.

Baca juga: Gara-gara Diklakson, Kuda di Malioboro Pingsan

Namun, banyak yang gagal, walau dilihat permainan tersebut  terbilang cukup mudah bagi yang melihatnya. Permainan ini mengadung mitos dan legenda dari masa kekuasaan Sri Sultan Hamengku Buwono.

Dari mitos cerita yang beredar, bermula dari putri Sri Sultan Hamengku Buwono yang ingin dipinang oleh seorang pria. Tetapi karena Sang Putri tidak mencintainya, maka dia tolak secar halus. Dengan membuat perjanjian jika ingin menikah dengannya, maka lelaki itu harus bisa berjalan dengan mata ditutup dari Pendopo yang ada di sebelah utara Alun-alun Kidul. Melewati dua beringin kembar di tengah alun alun dan finish di pendopo, yang ada di sebelah selatan alun alun kidul. Namun, ternyata pemuda itu gagal menembus pohon beringin kembar tersebut.

Hingga akhirnya sang Sultan memerikan sabda,  siapa yang bisa melewati beringin kembar tersebut adalah seorang pria yang berhati bersih dan tulus. Hingga ada pemuda dari Siliwangi yang bisa melewati kedua pohon beringin tersebut. Disandinglah sang putri. Dan secara tidak langsung terjalinlah politik antara Kerajaan Mataram dan Kerajaan Siliwangi. 

Setelah itu banyak yang meyakini, bahwa dahulu orang yang hendak berbuat jahat ke Keraton Yogyakarta, akan kehilangan kesaktiannya setelah melewati kedua beringin kembar tersebut.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya