Air Terjun Bangen Tawai Nunukan, Pesona Alam di Batas Negeri

Air Terjun Bangen Tawai Nunukan, Pesona Alam di Batas Negeri - GenPI.co
Air terjun Bangen Tawai di Nunukan. (Foto: Instagram/@genpikaltara)

Tidak ada yang meragukan keindahan alam Kalimantan. Termasuk di Nunukan, Kaimantan Utara. Nunukan memiliki banyak kekayaan alam yang indah. Yang tentunya dapat ditawarkan buat menarik wisatawan perbatasan, atau border tourism. Salah satu keindahan alam yang dimiliki Nunukan adalah Air Terjun Bangen Tawai.

Air Terjun Bangen Tawai memiliki keindahan yang sangat alamiah. Tingginya sekitar 12 meter dengan lebar sekitar 10 meter. Air yang terjun, bentuknya melebar. Sepintas mirip air terjun Niagara. Tapi dalam skala kecil tentunya.

Kalau ingin mencari menikmati keindahan Bangen Tawai, datang saja ke Kampung Dayak Kenyah di Desa Sekaduyan Taka, Kecamatan Sei Manggaris. Selain menawarkan petualangan, Air Terjun Bangen Tawai bisa juga dijadikan destinasi bersama keluarga. Karena lokasinya sangat nyaman.

“Seperti bagian lainnya di Kalimantan, Nunukan memiliki alam yang sangat bagus dan alamiah. Keindahan itu bisa dilihat dari Air terjun Bangen Tawai. Keindahannya sangat alami dan terjaga,” tutur Buat Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional II Kementerian Pariwisata Adella Raung , Jumat (15/3).

Adella berharap promosi Bangen Tawai bisa maksimal. Sehingga mampu menarik wisatawan crossborder untuk datang.

“Pemerintah Daerah bisa memanfaatkan berbagai momentum yang digelar Kementerian Pariwisata. Seperti Festival Crossborder. Karena, saat event digelar, banyak wisatawan yang hadir. Dan ini akan menjadi momentum yang tepat untuk mengenalkan Bangen Tawai,” paparnya.

Dijelaskan Adella, setiap event Festival Crossborder digelar, Kementerian Pariwisata selalu menyediakan booth-booth yang bisa dimanfaatkan untuk semua jenis kegiatan. Mulai promo produk, kursus merajut, atau mengenalkan destinasi wisata.

Dalam bahasa Dayak Kenyah, Bangen Tawai artinya senang hati. Air terjun ini ditemukan pertama kali oleh Uwing Surang pada tahun 1997. Saat itu Uwing Surang bersama dengan beberapa pemangku adat sedang mencari pemukiman baru untuk 7 kepala keluarga sepulang dari Malaysia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya