GenPI.co— Ekosistem dugong di Kepulauan Riau masih sering dijumpai. Ikan ini ditemukan dalam kondisi hidup atau mati.
Beberapa waktu yang lalu dijumpai kasus terdamparnya mamalia laut ini di pesisir pantai, yaitu di wilayah Kabupaten Bintan dan Karimun.
Baru-baru ini kembali ditemukan mamalia laut tersebut terdampar dengan keadaan tanpa kepala di pesisir Kampung Bugis, Tanjungpinang. Menambah sejumlah kasus hewan yang dilindungi itu mati di pesisir pantai. Dengan kondisi tersebut perlu penanganan yang tepat.
Baca juga: Miris, Dugong Ditemukan Mati Tanpa Kepala di Kepulauan Riau
Koordinator Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Padang (BPSPL) Satuan Kerja Tanjungpinang, Iche Muhammad Riskan mengatakan, saat menangani dugong yang terdampar dan sudah mati memerlukan perlakuan khusus. Karena ada banyak jenis virus dan bakteri yang ditemukan di bangkai mamalia laut.
“Sebaiknya hati-hati jika ingin menyentuh dugong yang sudah mati. Virus dan bakterinya berakibat fatal bagi manusia dan hewan peliharaan. Sangat tidak disarankan untuk dilakukan oleh perempuan yang sedang hamil, anak-anak atau orang yang sedang mengalami luka di tubuhnya,” tutur Iche.
Menurutnya jika masyarakat yang menemukan, sebaiknya ikuti beberapa langkah yang terbaik yakni mengembalikannya ke laut.
Jangan lupa mencatat detail jenis mamalia laut tersebut, jenis kelamin, panjang, lebar, kondisi mamalia laut saat itu, lokasi, waktu dan kondisi alamiah saat itu. Jangan lupa lakukan dokumentasi baik foto maupun video.
“Setelah itu lakukan tindakan yang sesuai dengan prinsip do no harm adalah menenggelamkan mamalia laut yang telah mati tersebut. Tutupi bangkai dengan jaring.” tambahnya.
Untuk memindahkan tubuh bangkai mamalia tersebut ke laut lepas, Iche menyarankan lepaskan di kedalaman minimum 20 meter.
Sedangkan cara penanganan oleh tim disposal atau pembuangan, memiliki prosedur yang tak kalah teliti dan sangat memperhatikan keselamatan. Mereka semua harus dipastikan menggunakan masker, pakaian dari plastik di seluruh tubuh, serta sarung tangan plastik. Serta tidak ada yang bagian tubuh yang terluka.
“Baik tim penyelam dan tim darat yang akan membantu membungkus dan mengikat dugong dengan jaring, harus menggunakan pakaian plastik di seluruh tubuh mereka. Sebelum menggunakan wetsuit, menutupi bagian wajah termasuk telinga, kecuali mulut dan mata.” jelasnya Iche.
Saat menenggelamkan bangkai dugong, tim penyelam tidak boleh membuka masker dan regulatornya. Iche mengatakan jika dilakukan saat berada di air sekitar bangkai mamalia laut itu, bakteri yang berbahaya dapat masuk ke dalam tubuh penyelam.
Terakhir, setelah selesai melakukan proses disposal, semua orang yang menyentuh bangkai dugong tersebut membersihkan diri dengan karbol atau alkohol.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News