Inspiratif, Bikin Fermentasi Kakau Hingga Ekspor ke Jerman

12 Juni 2021 08:31

GenPI.co - Sebuah pabrikan cokelat bernama Urwald Schokolade yang berada di Jerman rela mengimport kakau atau coklat fermentasi produksi Berau, Kalimantan Timur. Sedikitnya ada 200 kg kakao fermentasi bikinan warga Kampung Merasa, Kecamatan Kelayke dikirim ke pabrik cokelat Urwald Schokolade mulai Kamis, (10/6/21).

Bupati Berau, Sri Juniarsih mengatakan selain pasar ekspor, kakao dari Berau ini juga merambah pasar domestik. Pihaknya sudah berhubungan dengan koperasi di Bali yang siap menerima berapa pun kakao fermentasi yang dihasilkan Kampung Merasa.

Sebagai awalan, Kampung Merasa baru mengekspor 200 kg kakao yang nilainya baru Rp7 juta dari harga satuan Rp35 ribu per kg.

BACA JUGA:  Inspiratif, Wanita Cerebral Palsy Ini Buka Kelas Yoga Difabel

kakao dari Kampung Merasa tersebut sedemikian rupa memiliki cita rasa khas. Bagaimana khasnya, saat dipertandingkan dengan rasa dari 58 jenis biji kakao dari seluruh Indonesia, kakao Berau masuk delapan besar biji kakao favorit.

“Semoga ini bisa menjadi awal yang baik untuk pembangunan ekonomi hijau di Berau,” kata Bupati Berau, Sri Juniarsih.

BACA JUGA:  Berwisata sambil Belajar di Kampung Coklat Blitar

Kakao Kampung Merasa pun menjadi satu dari jajaran elit Indonesian National Cocoa of Excellence 2021.

Sebelumnya warga menanam kakao tanpa mengetahui nilai jual, teknik perawatan, panen, dan pengolahan buah. Kakao ditanam semata-mata karena Kabupaten Berau memiliki program komoditas unggulan yang salah satunya adalah kakao.

Namun karena kurangnya informasi prospek dan nilai jual kakao, tanaman kakao milik warga dibiarkan tumbuh liar dan tanpa pemupukan dan perawatan.

Saat ini ada dua kampung yang menjual biji kakao fermentasi, yaitu Kampung Merasa dan Kampung Long Lanuk.

BACA JUGA:  5 Manfaat Coklat Bagi Kesehatan dan Perasaan

Fermentasi Kakao membutuhkan waktu setidaknya seminggu dengan sejumlah perlakuan seperti pengaturan suhu dan pengadukan. Proses yang lebih ketimbang kakao biasa ini menjadikan harga kakao fermentasi lebih mahal.

Dengan memperhitungkan harga dan permintaan kakao fermentasi yang stabil, warga Kampung Merasa menilai perlu memiliki peralatan yang memadai.

Karena itu mereka membangun pengering bersumber energi matahari (solar dryer) secara swadaya untuk membantu proses fermentasi.

Petani Kakao Kampung Merasa bersama dengan petani dari lima kampung lainnya juga berhimpun untuk mendirikan kelompok pengawas mutu kakao.

Hal ini merupakan suatu kemajuan pesat dari petani kakao yang awalnya tidak peduli tanaman kakao, hingga akhirnya kini berorganisasi dan berinovasi. (ANT)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hartanto Ardi Saputra
Kakau   Coklat   Vermentasi   ekspor   Jerman   Berau   Kalimantan Timur  

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co