#WorldRefugeeDay, Ada 70 Juta Orang Terlantar di Seluruh Dunia

21 Juni 2019 11:37

GenPI.co - World Refugee Day atau Hari Pengungsi Sedunia, diperingati tiap 20 Juni 2019. Di hari peringatan itu,  United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), lembaga PBB yang mengurus pengungsi, merilis laporan perkembangan jumlah pengungsi dan orang telantar.

Menurut perhitungan mereka, jumlah orang telantar atau mengungsi karena krisis atau konflik ekstrem negara mencapai 70,8 juta jiwa. Jumlah ini meningkat 2,3 juta jiwa dibandingkan tahun 2017. Bahkan jumlah pengungsi naik terus selama tujuh tahun berturut-turut.

"Tren pengungsi global terus berjalan di arah yang salah," ujar Kepala UNHCR Filippo Grandi seperti dilansir dari Associated Press.

Grandi memaparkan, tren kenaikan pengungsi itu akibat gelombang imigran Venezuela dan Ethiopia. Venezuela sedang dilanda krisis kemanusiaan di bawah rezim Nicolas Maduro. Sedangkan Ethiopia kembali dilanda konflik etnis. Angka jumlah pengungsi bahkan diprediksi lebih banyak karena UNHCR hanya memasukan data warga Venezuela yang mengajukan suaka, yaitu sekita 500.000 juta. Padahal jumlah penduduk Venezuela yang kabur mencapai 4 juta jiwa.

Baca juga:

Konflik Sudan Terus Berkobar, Apa Penyebabnya? 

Dahsyatnya Gerakan People Power di 4 Negara Ini

Permasalahan UNHCR tidak hanya terletak pada negara-negara yang baru menjadi ‘pengekspor’ pengungsi. Negara yang sudah lama dalam peperangan seperti Syria tetap menjadi penyumbang terbesar pengungsi dan orang telantar. Sebanyak 13 juta orang terlunta-lunta, setelah delapan tahun perang sipil di Syria.

Begitu juga yang terjadi di Afghanistan yang sudah belasan tahun dilanda konflik. Belum lagi, pengungsi Rohingya dari Myanmar masih terombang-ambing karena tak ada yang mau menerima.

"Konflik baru terus bermunculan, tapi yang lama juga tak kunjungselesai. Seakan-akan kita tak bisa lagi menciptakan perdamaian," jelas Grandi.

Masalah lainnya adalah pintu negara-negara maju yang makin rapat. Sentimen tokoh politik kepada imigran membuat kemampuan menyerap pengungsi global makin turun. Grandi menyebut Donald Trump sebagai salah satu pemimpin yang mengganggu proses penyelamatan pengungsi.

 "Saya ingin berkata kepada presiden AS (Donald Trump, Red) dan kepala negara lainnya, apa yang Anda katakan benar-benar mengganggu," tegasnya.

Trump dan beberapa pemimpin sayap kanan sering melabeli imigran sebagai perebut pekerjaan, pembuat keonaran, dan penghapus tradisi. Padahal, mereka kabur dari kampung halaman karena ancaman yang mengerikan.

Grandi mendorong negara-negara maju bisa membagi beban untuk menampung pencari suaka. Dia menyebut Jerman sebagai salah satu negara yang bisa dicontoh. Meksi banyak anggota Uni Eropa dan lawan politik yang mengkritik, Kanselir Angela Merkel masih berusaha menampung imigran sebanyak-banyaknya.

Simak juga video menarik berikut

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co