GenPI.co - Direktur Eksekutif Information and Communication Technology (ICT) Watch, Donny Budi Utomo, mengatakan bahwa penyebaran hoaks lebih cepat dan berefek lebih dalam daripada klarifikasi.
Menurut Donny, persebaran hoaks juga dibantu dengan kecanggihan teknologi digital saat ini.
“Satu orang bisa saja menyebarkan hoaks ke dua grup chat,” ujarnya dalam diskusi daring 'Peran Media Memberantas Hoaks Selama Pandemi', Senin (18/10).
Donny mengatakan bahwa motivasi seseorang menyebarkan hoaks bermacam-macam, mulai dari melindungi kesehatan, agama, hingga keamanan orang terdekat.
“Kedalaman hoaks dalam 24 jam pertama sudah bisa masuk ke level 10, sementara klarifikasinya untuk mencapai level yang sama membutuhkan waktu 20 hari,” katanya.
Hal tersebut disebabkan karena kepanikan seseorang yang semula tak tahu bahwa informasi yang diterimanya itu hoaks.
“Lalu, saat dia terima klarifikasi, dia tak menyebarkan klarifikasi itu lagi, karena hanya untuk evaluasi diri atau terlanjur malu,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Donny menilai bahwa dalam konteks psikologi komunikasi, masyarakat secara general cenderung lebih percaya hal sederhana, walaupun itu sebuah kebohongan.
“Masyarakat lebih susah percaya dengan fakta yang sangat kompleks untuk dikomunikasikan,” tuturnya.
Donny memaparkan bahwa hoaks cenderung dibuat secara sederhana dan menyentuh sisi emosional seseorang.
“Klarifikasi itu sayangnya kerap disampaikan secara kompleks dan bahasanya sulit dimengerti. Orang terkadang tak punya waktu dan kapasitas untuk memahami klarifikasi itu,” paparnya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News