GenPI.co - Di antara gedung-gedung tinggi di Jakarta yang makin menjamur, ojek sepeda ontel masih terus eksis di jalanan ibu kota.
Mereka terus mengayuh pedalnya untuk mencari sesuap nasi meski dengan penghasilan yang tak tentu.
Di kompleks Kota Tua Jakarta, Ahmad (55) memarkirkan sepeda ontelnya di bawah pohon untuk menghindari teriknya matahari.
Dia jadi satu dari sekian ojek ontel yang masih bertahan.
"Saya mulai ojek ontel sejak 1990. Awalnya karena cari kerjaan susah, cuma tamatan SD, akhirnya ojek sepeda," kata Ahmad kepada GenPI.co, Selasa (26/10)
Ahmad tak mengkotak-kotakan penumpang. Dia melayani ojek mengantar seseorang, barang, atau bahkan keduanya sekaligus.
Dulu, dirinya mencari penumpang hingga ke dalam kereta sebelum kini dibatasi.
Namun, sekarang hanya mengandalkan para pekerja di sekitar Kota Tua yang masih membutuhkan jasanya.
Berharap pada wisatawan pun seolah tak ada jaminan. Pandemi memang benar-benar memengaruhi penghasilannya.
"Ngaruh banget, tiap minggu jarang bawa duit. Normalnya sehari gocap ya dapat, sekarang saya angkat tangan," katanya.
Kisah Ahmad setali tiga uang dengan Sukidi (54). Dirinya yang sudah menjadi ojek ontel sejak 2003 mengatakan banyak hal berubah dibanding kali pertama memulai pekerjaan ini.
"Pandemi berkurang banget. Pokoknya sejak Pak Jokowi kasih pengumuman (pandemi), 12 hari saat PPKM sampai enggak dapat penumpang pernah," katanya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News