Cinta Budaya, Sultan Malaysia Minta Warga Tak Kearab-araban

04 Juli 2019 16:19

GenPI.co - Islam memang lahir di jazirah Arab, bukan di Malaysia atau Indonesia. Nabi Muhammad SAW pun sebagai pembawa kabar gembira agama Islam lahir di sana. Meski demikian jelas dalam Alquran "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS Al-Hujurat : 13).

Baca juga :

Orang Ini Bisa Jadi Ancaman Habib Rizieq Kembali ke Tanah Air 

Dua Tahun Lalu, Ramalan Mbah Mijan Soal Habib Rizieq Juga 'Jitu' 

Gubernur Gorontalo Rusli Habibie Tegaskan Perang Terhadap Maksiat 

Dari ayat itulah timbul kesadaran banyak orang bahwa Allah SWT memang membuat dunia ini berwarna, tak seragam. Itu pula yang membuat Sultan Johor, Malaysia, Sultan Ibrahim Ismail bin Sultan Iskandar mengingatkan agar warga Negeri Jiran bisa tetap mempertahankan budayanya sendiri dan tak mengadopsi praktik budaya negara lain, termasuk Arab.

Bagi Sultan Ibrahim budaya Arab itu bukanlah budaya Islam. Seperti dilansir dari The Star, Sultan juga menyerukan agar warga memakai bahasa Melayu, bukan Arab. "Istilah-istilah seperti 'Buka puasa' atau istilah 'Hari raya' agar lebih biasa digunakan daripada menggunakan istilah-istilah yang berasal dari budaya arab seperti 'Eid al-Fitr' atau bahkan istilah 'Iftar'. Saya juga mempersilakan Anda untuk tinggal di Arab Saudi jika mempertahankan itu. Itu adalah hak Anda tapi saya percaya ada orang-orang Malaysia sangat bangga atas kebudayaan Malaysia mereka. Paling tidak saya tidak pura-pura dan tidak hipokrit dan warga Johor tahu siapa pemimpin mereka," tutur Sultan Ibrahim, (4/7).

Sebenarnya bukan baru sekali ini Sultan Ibrahim menohok Arabisasi Islam di Malaysia. Sejak 2016 dia sudah memperingatkan atas budaya ke-Arab-Araban ini. Selain istilah, juga paksaan pada perempuan muslim soal hijab yang panjang dan tertutup (dikenal sebagai niqab). Sultan juga memprotes ketika Jabatan Kerja Raya (JKR, setingkat PUPR) memajang baliho besar bertuliskan 'Perempuan Muslim bakal digantung dengan rambut mereka sendiri di neraka jika mereka tidak berpakaian tertutup'.

"Sejak kapan JKR mengurusi persoalan agama? Mereka itu bertugas memastikan jalan raya dikelola dengan benar dan tidak mempersoalkan rambut perempuan. Lembaga pemerintah tak perlu ribut mengurusi busana orang lain. Lakukan pekerjaan sesuai bayaran Anda dan urusi urusan Anda sendiri," sinis sultan Johor, Malaysia, Sultan Ibrahim.


Tonton lagi :



Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ardini Maharani Dwi Setyarini

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co