GenPI.co - Ahli geologi Surono mengatakan bahwa peringatan perihal peningkatan aktivitas Gunung Semeru sudah ada sejak 1 Desember 2021.
Surono mengatakan bahwa peringatan itu merupakan hasil monitor tim pengamat gunung berapi di Gunung Semeru.
“Mereka lalu berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat sejak hasil pengamatan itu tercatat,” ujarnya dalam webinar “Memahami Gunung Semeru dan Penanganan Bencana”, Selasa (7/12).
Menurut Surono, pada 1 Desember sudah ada 500 orang yang mulai mengungsi akibat peningkatan aktivitas Gunung Semeru.
“Para pengamat merekomendasikan prioritas beberapa wilayah, seperti Dusun Rawa Baung, Desa Oro-Oro Ombo, Dusun Kajar Kuning, Desa Sumberbulu, dan sebagainya,” ungkapnya.
Para penduduk di beberapa wilayah itu direkomendasikan untuk segera diungsikan karena bermukim di daerah rawan bencana aliran awan panas guguran Gunung Semeru.
“Daerah itu sangat berbahaya, cepat atau lambat pasti akan terkena awan panas. Di situ juga akan terkena terus dan tak bisa menghindar, baik dari awan panas maupun lahar dingin,” tuturnya.
Surono mengatakan bahwa awan panas jauh lebih berbahaya dari lahar hujan. Pasalnya, kecepatan awan panas bisa sampai ratusan kilometer per jam.
“Sementara itu, lahar hujan kecepatannya hanya belasan kilometer per jam. Panasnya pun lebih tinggi awan panas. Bayangkan 300-400 derajat celcius dan turun secepat ratusan kilometer per jam,” katanya.
Oleh karena itu, masyarakat tentu tak bisa menghindar atau mengakali awan panas dari gunung berapi.
“Tidak ada analisis risiko bencana yang masuk untuk tinggal di wilayah rawan bencana gunung api dengan ancaman bahaya awan panas yang datangnya sangat sulit diprediksi, sangat cepat, dan sangat panas,” paparnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News