GenPI.co - Hari lebaran identik dengan hari yang dirayakan umat Muslim. Meski demikian, ternyata ada juga Lebaran Betawi, yang secara khusus dirayakan oleh masyarakat Betawi. Lalu bagaimana sejarah lebaran Betawi?
Lebaran Betawi merupakan hajatan besar yang digunakan sebagai kesempatan bagi masyarakat Betawi untuk berkumpul. Perhelatan ini digelar pada bulan Syawal, atau 3 pekan hingga satu bulan setelah Lebaran. Sama seperti arti lebaran pada umumnya, Lebaran Betawi merupakan sebuah ajang silaturahmi bagi para seluruh warga Betawi.
Lebaran Betawi pertama kali digagas oleh Amarullah Asbah, saat menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Badan Musyawarah Masyarakat (Bamus) Betawi pada tahun 2008. Saat itu, Amarullah mengusulkan digelarnya 'Hari Raya Lebaran betawi' sebagai ajang silaturahmi masyarakat Betawi yang tinggal di berbagai daerah, tidak hanya di Jakarta.
Baca juga:
Sehari Pasca Yandya Kasada, Bromo Semburkan Abu Vulkanik
Terus Digeber, Panembahan Reso Masuk Tahap Pembahasan Naskah
Budi Sulistyo: Bojonegoro Tak Ada Apa-apanya Dibanding Ngawi
5 Rekomendasi Destinasi Wisata Indonesia untuk Pecinta Hewan
Seiring dengan berjalannya waktu, Lebaran Betawi tidak hanya diikuti oleh masyarakat Betawi. Pada praktiknya, hajatan ini juga menjadi ajang untuk mengenalkan berbagai tradisi, kuliner dan kesenian Betawi kepada masyarakat luas.
Dalam perayaan Lebaran Betawi, berbagai ornamen dan kebudayaan Betawi ditampilkan. Diantaranya adalah seni tari, orkes Betawi, ondel-ondel, silat berbagai jenis aliran, lukisan, hingga kuliner Betawi.
Sejak tahun 2008, Lebaran Betawi digelar setiap tahunnya di beberapa tempat yang berbeda. Akan tetapi, pada dua tahun terakhir lebaran Betawi digelar di Monumen Nasional, Jakarta Pusat.
Simak juga tayangan video menarik berikut
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News