Fenomena Gempa M 8,7 Ancam Jakarta dan Lampung, Mohon Waspada

23 Januari 2022 09:00

GenPI.co - Fenomena gempa berkekuatan M 8,7 ancam DKI Jakarta dan Lampung. BMKG minta semuanya mohon waspada. 

Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menyebut telah terjadi 726 aktivitas kegempaan di Indonesia sepanjang Januari 2022.

Jumlahnya lumayan banyak. Rata-rata gempa sebulan sebanyak 500 kali.

BACA JUGA:  Gempa Bumi Bikin Penjara Rusak, Begini Nasib Napi Rangkasbitung

Dia memeberikan contoh seperti gempa besar yang terjadi di Aceh pada 2004.

Sebelum gempa 9 magnitudo mengguncang Aceh, tiga bulan bahkan dua tahun sebelumnya, wilayah tersebut terus diguncang gempa dengan kisaran kekuatan 3 sampai 5 magnitudo.

BACA JUGA:  BNPB: 3.078 Rumah Rusak Akibat Gempa Bumi Banten

Begitu pula gempa besar yang mengakibatkan tsunami di Jepang dan Mexico beberapa tahun lalu. Polanya selalu demikian.

"Maka saat ini masih hari ke-20 Januari terjadi gempa dengan jumlah di atas normal bulanan. Ada peningkatan signifikan," kata Daryono dalam keterangan resmi, Sabtu, 22 Januari 2022.

BACA JUGA:  Gempa Banten M 6,6 Sebabkan 3.000 Lebih Rumah Rusak

Institut Teknik Bandung (ITB) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga ikut memberi peringatan mengenai potensi terjadinya gempa megathrust berkekuatan M 8,7 di Selat Sunda.

Terkait hal ini, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan hasil wilayah yang akan terdampak.

“Berdasarkan pemodelan shakemap, Lampung, Banten, Jawa Barat terguncang mencapai 7-8 MMI (destruktif),” ujar Daryono.

Kerusakan sedang hingga berat, termasuk DKI Jakarta. "Apalagi tanah Jakarta lunak, kerusakan bisa lebih parah juga," katanya.

Kemudian untuk modelling tsunami, menurut Daryono, sangat bisa hasil modelling tsunami ini dijadikan acuan.

Itu lantaran sudah dimitigasi oleh para ahli dan metodenya pun telah disepakati.

Dalam pemodelan tsunami, Selat Sunda, Jabar, Bandar Lampung, bisa mencapai 15-20 meter.

Lalu, bisa menyusut ke Selat Sunda memutar sampai ke Utara Jakarta, tapi hanya 1,5 meter.

“Yang penting bukan saat pasang purnama karenatsunaminya bisa lebih tinggi. Termasuk juga terdampak ke pesisir Sumatera,” sebut dia.

Selain itu, BMKG juga membuat pemodelan landakan, sehingga bisa tahu daerah pesisir itu akan terlandak, tingginya berapa dan mana saja daerah yang aman.

“Ini menjadi acuan mitigasi untuk membuat penataan berbasis mitigasi,” ungkapnya.

Indonesia memang ditakdirkan untuk hidup di atas batas lempengan. Hal ini menjadi risiko yang harus dihadapi.

“Sensor system ada 18, tide gauge ada 5, water level, automatic water system ada, IDSL punya KKP, BIG menaruh sensor tide gauge, 2 sirine tsunami yang ditempatkan Lampung dan Anyer, sirine tsunami ada 5 di sana,” ungkapnya.

Sementara itu, BMKG juga terus mengedukasi masyarakat dan stakeholder supaya punya respons dan dapat mengurangi risiko.

Pihaknya selalu menyampaikan kepada masyarakat bahwa memang proses alam yang membahayakan ada, tapi masyarakat harus paham cara selamatnya.

“Memahami warning, memahami ciri-ciri alamiah agar kita selamat. Ada guncangan gempa kuat harus menjauh dari pantai, lalu gempa yang mengayun lama kita juga harus menjauh dari pantai. Edukasinya kita ajarkan terus,” sebut dia. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Agus Purwanto

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co