GenPI.co — Satu minggu terakhir unjuk rasa di Hong Kong makin memanas. Terakhir, para pengunjuk rasa berkumpul di bandara utama Hong Kong, membuat ratusan penerbangan dibatalkan.
Namun siapa sangka unjuk rasa besar-besaran ini berawal dari sebuah kasus pembunuhan yang terjadi di negara lain 18 bulan yang lalu.
Awalnya
Pada bulan Februari 2018 sepasang kekasih dari Hong Kong berlibur ke Taiwan, dengan si wanita sedang mengandung sekitar empat atau lima bulan. Namun sesuatu terjadi di antara mereka selama di Taiwan yang berujung pada pembunuhan. Chan Tong-kai yang berusia 19 tahun menghabisi kekasihnya yang berusia 20 tahun Poon Hiu-wing. Chan mencekik leher Poon lalu memasukkan jasadnya ke dalam koper yang dia buang ke semak-semak lebat di dekat stasiun subway di Taipei.
Chan lalu kembali ke Hong Kong. Butuh waktu beberapa lama untuk kepolisian Taiwan mengungkap kasus ini dan akhirnya mengirim surat permintaan ekstradisi atas Chan. Ini menjadi kasus yang unik karena kejahatan yang terjadi di Taiwan dilakukan oleh orang asing dan meminta korban orang asing.
Hong Kong akhirnya menangkap Chan namun tidak dapat menghukumnya atas pembunuhan Poon karena kasus itu terjadi di luar negeri. Hong Kong akhirnya menghukum Chan dengan dakwaan pencucian uang karena trlah mempergunakan kartu kredit milik Poon setelah kematiannya. Atas dakwaan itu Chan dihukum penjara selama 29 bulan dengan Kerja sosial dan pengurangan hukuman jika berlaku baik.
Baca juga:
Demo Masif di Hong Kong, Tim Renang DKI Tak Bisa Pulang
Akhir Pekan Hong Kong Mencekam, Wisatawan Mulai Tak Nyaman
Perkembanganya
Menindaklanjuti permintaan ekstradisi yang pernah diajukan oleh Taiwan, pemimpin Hong Kong Carrie Lam mengajukan peraturan yang dapat mempermudah proses ekstradisi antara Hong Kong dengan negara lain yang sebelumnya tidak memiliki kerjasama, termasuk di dalamnya adalah Taiwan dan China.
Proposal inilah yang memicu unjuk rasa besar-besaran warga Hong Kong yang menolak pengaruh China yang membesar kepada negara-kota kepulauan yang bertetangga dengan Shenzen itu.
Dugaan pengaruh itu semakin besar saat pada bulan May 2019 pemerintah Taiwan berubah pikiran dan menyatakan tidak akan meminta ekstradisi atas Chan. Sehingga kini tinggal China sendiri yang mendukung usaha pengajuan peraturan ekstradisi tersebut.
Simak video pilihan redaksi berikut ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News