3 Kejanggalan Tragedi Kanjuruhan, Bonek-Aremania Minta Usut Tuntas

08 Oktober 2022 18:00

GenPI.co - Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan Aremania dianggap penuh kejanggalan.

Berbagai pihak menyerukan agar tragedi itu diusut tuntas. Para suporter, seperti Aremania dan Bonek, pun berharap ada titik terang dalam tragedi itu.

Berikut ini tiga kejanggalan Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada 1 Oktober 2022:

1. Penjual Dawet di Gate 3 Kanjuruhan

Rekaman suara berisi pernyataan wanita yang mengaku penjual dawet tentang Tragedi Kanjuruhan beredar secara viral di medsos.

BACA JUGA:  Update Data Resmi Polri: Korban Tragedi Kanjuruhan 678 Orang, 131 Jiwa Meninggal

Wanita yang mengaku berjualan di gate 3 Stadion Kanjuruhan itu memberikan kesaksian berbeda.

Dia menyebut suporter menenggak minuman keras sebelum Tragedi Kanjuruhan terjadi.

BACA JUGA:  Buntut Tragedi Kanjuruhan, PSTI Desak Menpora Zainudin Amali Lakukan Ini

Aremania bernama Tegar menjelaskan tidak ada penjual dawet di sekitar stadion.

Menurut Tegar, Gate 3 Stadion Kanjuruhan digunakan berjualan furniture.

BACA JUGA:  Usut Tragedi Kanjuruhan, Tim TGIPF Investigasi Semua Tahapan

“Saya sudah keliling stadion berkali-kali. Tidak ada orang jual dawet. Jual dawet sampai malam sudah tidak masuk akal,” ucap Tegar, Selasa (4/10).

Salah satu pedagang di sekitar Gate 3 Stadion Kanjuruhan juga membantah pernyataan ibu yang mengaku menjual dawet.

“Itu hanya kisah buatan dari orang-orang benci Arema FC,” kata pedagang asal Kepanjen itu. 

2. Kapolres Malang Tidak Perintahkan Penembakan Gas Air Mata

Kompolnas menjelaskan Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat tidak memerintahkan personelnya menembakkan gas air mata.

Komisioner Kompolnas Albertus Wahyurudhanto mengaku mendapatkan bukti rekaman apel personel pengamanan enam jam sebelum laga Arema FC versus Persebaya Surabaya digelar.

“Dalam apel itu, kapolres Malang meminta seluruh jajaran pengamanan tidak menembakkan gas air mata dalam situasi dan kondisi apa pun," kata Albertus, Selasa (4/10).

Dia menuturkan, ketika kerusuhan terjadi, Ferli berada di luar stadion untuk menyiapkan pengamanan bagi Persebaya.

Berdasarkann asesmen, ada oknum petugas keamanan yang memberikna instruksi penembakan gas air mata.

3. Beberapa Pintu Tidak Dibuka

Komite Disiplin (Komdis) PSSI membernarkan ada beberapa pintu di Stadion Kanjuruhan yang tertutup saat tragedi terjadi.

Hal itu menyebabkan banyak suporter tidak bisa keluar untuk menghindari efek gas air mata.

"Pintu-pintu yang seharusnya terbuka, tetapi tertutup. Kekurangan itu menjadi perhatian dan penilaian kami adanya hal-hal yang kurang baik," kata Ketua Komdis PSSI Erwin Tobing, Selasa (4/10).

Di sisi lain, Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo menepis anggapan soal beberapa pintu yang tertutup saat kerusuhan terjadi.

Menurut Irjen Dedi, pintu-pintu di Stadion Kanjuruhan sudah dibuka.

“Namun, pintu-pintu itu sempit. Hanya cukup untuk dua orang, sedangkan yang keluar saat itu ratusan sehingga terjadi tumpang tindih," kata dia, Selasa (4/10). (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co