GenPI.co - Kemajuan teknologi saat ini tak diimbangi dengan tingkat literasi komunikasi dan media. Akibatnya, kabar hoaks tersebar dengan begitu mudahnya.
Hal itu dikatakan pakar komunikasi dari STIKOM Semarang Gunawan Witjaksana kepada ANTARA, Minggu (29/9) di Semarang. Hal ini diperparah dengan tidak ada informasi pembanding saat menerima sebuah kabar. Kecenderungan percaya akan informasi terebut pun semakin tinggi.
“Ahli antropologi budaya Koentjaraningrat mengatakan manusia memiliki mentalitas menerabas. Itu sebabnya perlu diberikan berita yang seinformatif mungkin sehingga tidak mudah terprovokasi,” katanya.
Baca juga:
23 Korban Demo Wamena Dirujuk ke Jayapura
Unik, Kemendikbud Soroti Poster Pedemo yang Banyak Salah
Gunawan kemudian menyoroti gejolak belakangan yang melanda negeri ini khususnya gerakan massa yang menolak RUU Komisi pemberantasan Korupsi, RKUHP, dan beberapa RUU lainnya yang digodok di DPR periode ini di masa akhir baktinya.
“Gerakan massa tak mungkin spontan. Pemicunya adalah mereka yang mempunyai bermacam kepentingan dan nggak mungkin tunggal,” kata Gunawan yang juga menjabat sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang.
Lebih jauh Gunawan mengatakan, ada agenda terselubung mulai terkuak dari serangkaian demsiontrasi tersebut. Salah satunya adalah pelantikan Presiden dan Wakil Presiden 2019, Joko Widodo dan K.H. Ma'ruf Amin, yang dijadwalkan pada tanggal 20 Oktober mendatang.
Terkait segala semuanya, Gunawan mengimbau pemerintah untuk segera melakukan tindakan agar situasi tidak semakin memanas oleh informasi yang menyesatkan masyarakat. Solusi jangka pendek adalah dengan membatasi media sosial. Lalu diberikan sanksi tegas kepada mereka yang ketahuan menyebarkan hoaks.
“Sementara dalam jangka panjang, perlu digalakkan literasi komunikasi dan media kepada masyarakat awam akan menjadi cerdas,” tandasnya.(ANT)
Jangan lewatkan video populer ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News