Waduh! Tambang Emas Ilegal Rambah Taman Nasional Betung Kerihun, Ada yang Pakai Alat Berat hingga Bahan Kimia

08 Mei 2024 10:20

GenPI.co - Aktivitas pertambangan emas ilegal di hulu sungai Kapuas Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat (Kalbar), merambah kawasan Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum Kapuas Hulu.

Kepala Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum Kapuas Hulu, Sadtata Noor Adirahmanta, mengatakan  akan melakukan penertiban dengan melibatkan banyak pihak.

Pihaknya juga akan memberikan pemahaman kepada masyarakat agar melakukan aktivitas pertambangan emas dengan cara-cara tradisional yang tidak merusak alam.

BACA JUGA:  Bahlil Lahadalia Dikaitkan ke Izin Tambang, Akademisi Buka-bukaan

"Masyarakat sebenarnya sudah punya nilai kearifan lokal mendulang emas secara tradisional, tapi ada pengaruh dari luar menggunakan alat berat (mesin), melubangi tanah membongkar batu, bahkan menggunakan merkuri, itu yang terjadi dan merusak ekosistem alam," kata dia, dikutip Rabu (8/5).

Sadtata mengaku sebenarnya petugas Balai Besar TNBKDS Kapuas Hulu sudah turun ke lokasi melakukan pengecekan.

BACA JUGA:  Kasus Korupsi Timah, Kejagung: Harvey Moeis Samarkan Jatah Keuntungan Tambang Liar

Pihaknya juga sudah berupaya memberikan pemahaman kepada masyarakat setempat.

Di sisi lain, petugas juga sudah mengantongi jumlah mesin dan pekerja yang melakukan aktivitas tambang emas liar di sekitar kawasan Taman Nasional.

BACA JUGA:  Buka Suara soal Izin Tambang, Bahlil Lahadalia Disanjung Aspebindo

"Kami tidak melarang masyarakat mengambil emas, tetapi jangan merusak alam, lakukan lah dengan cara-cara tradisional, jika ingin orang luar mengambil hasil emas boleh saja, dengan memberdayakan masyarakat setempat dari hasil kearifan lokal," papar dia.

Sadtata membeberkan masyarakat di Hulu Sungai Kapuas secara turun temurun hidup dari hasil alam.

Mereka salah satunya menambang emas yang dilakukan dengan kearifan lokal dan menjaga alam.

Sayangnya, sekarang ini cara mereka menambang emas terkontaminasi pihak luar lalu menggunakan mesin, alat berat, bahkan bahan kimia merkuri.

"Kami sudah coba lakukan komunikasi dengan masyarakat agar mempertahankan kearifan lokal mendulang emas dengan cara tradisional," ungkap dia.

Di sisi lain, dia sangat memahami masyarakat yang ingin memenuhi kebutuhan hidup dengan menambang emas.

Akan tetapi, banyak pihak yang memanfaatkan sumber daya alam itu dengan cara merusak lingkungan.

"Jika emas habis, yang menikmati kerusakan alam hanyalah masyarakat setempat, keseimbangan alam sudah terganggu, sementara pihak luar akan pergi mencari lahan emas yang baru, itu harus disadari masyarakat," jelas dia.(ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Farida Trisnaningtyas

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co