Pembangunan Monas, Impian Presiden Soekarno yang Belum Terwujud

25 Januari 2020 14:31

GenPI.co - Monumen Nasional atau Monas merupakan cita-cita Presiden pertama Soekarno yang belum terwujud sepenuhnya. 

Bahkan, hingga bapak Proklamator wafat sampai sekarang Monas belum diresmikan oleh siapapun. 

BACA JUGA: Tenyata Monas Belum Pernah Diresmikan Presiden

Dihimpun dari berbagai sumber, Presiden Seokarno ingin membangun sebuah monumen untuk mengingatkan rakyat pada perjuangan Indonesia mencapai kemerdekaannya. 

Walau awalnya dipendam, akhirnya pada 1954, mulai dilakukan upaya realisasi. Di tahun tersebut, Soekarno melontarkan ide dan membentuk panitia yang lalu setahun kemudian menggelar sayembara desain monumen. 

Sebanyak 51 gambar usulan rencana desain masuk, namun tidak ada yang dinyatakan sebagai pemenang pertama. Yang ada hanya pemenang kedua, yakni karya arsitek F Silaban.

Kurang puas, pada 1960, panitia kembali menggelar sayembara. Kali ini sebanyak 136 karya usulan desain masuk. Meski pilihannya sudah naik 150 persen dari sebelumnya, Presiden Soekarno ternyata masih belum menemukan desain yang cocok. Bahkan pada tahun itu hanya menghasilkan pemenang ke-3.

Akhirnya, Soekarno berinisiatif mengajak arsitek dan insinyur-insinyur terkemuka Indonesia saat itu, F Silaban, Soedarsono dan Rooseno berdiskusi. Dia memaparkan bentuk lingga dan yoni, yang merupakan perlambang khas kebudayaan Indonesia.

BACA JUGA: Imlek 2020, Gus Dur dan 4 Pahlawan Ini Keturunan Tionghoa

Sebagai bentuk dasar monumen berikut dengan patung-patung di sekitarnya yang menunjang fungsi dan tujuan dari Monas nantinya.

Dari paparan Soekarno, masing-masing insinyur memformulasikannya dalam bentuk karya desain. Kebetulan Soekarno merasa condong dengan karya Soedarsono.

Desain final atas karya Soedarsono pun dibuat. Monas dalam bentuk lingga dan yoni raksasa akan tepat berada di tengah eks lapangan Ikada. Di empat penjuru pintu masuknya akan dibuat patung-patung yang menggambarkan periode revolusi Indonesia.

Di utara – Patung Diponegoro menunggang kuda (karya prof Cobertaldo, dipasang 1965)
Di pintu masuk Timur Laut – Patung perebutan kekuasaan bumi pertiwi dari tangan Jepang
Di pintu masuk Tenggara – Patung peristiwa 10 November 1945
Di pintu masuk Barat daya – Kelompok patung pembentukan TNI
Di pintu masuk Barat Laut – Patung kebulatan NKRI.

BACA JUGABamsoet: Cerita Panembahan Reso Penuh Makna

Begitulah rencana awalnya. Desain ini kemudian disetujui Soekarno. Pembangunan Monas dimulai 17 Agustus 1961. Monas dirancang untuk mampu bertahan hingga 1.000 tahun. 

Pondasi Monas menghabiskan 3.500 meter kubik beton cor dan masih ditambah 445 ton besi dan baja. Marmer dindingnya diimpor dari Italia. Puncak lidah api yang terbuat dari 14,5 ton perunggu dengan bersepuh emas seberat 35 kg.

Monas tahap pertama, selesai dibangun 9 Agustus 1965 dengan menghabiskan dana Rp 5,88 miliar. Rezim berganti, pembangunan Monas dilanjutkan oleh Orde Baru. Pembangunan tahap II ini rampung pada 1979. Namun desain awal sekitar Monas tak lagi dilanjutkan.

Belakangan Gubernur DKI pada 2005, Sutiyoso merombak pelataran Monas dengan air mancur menari. Sementara rencana awal patung-patung Monas seperti impian Bung Karno, tak lagi terwujud. (ant)
 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Cahaya

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co