Makhluk Tak Kasatmata itu Merasuki Aku, Dari Satu Jadi Seratus

14 Februari 2020 20:00

GenPI.co - Masa orientasi harusnya menjadi kisah membahagiakan bagi anak yang baru saja menjadi mahasiswi. 

Tapi, bagiku itu tidak! 

Aku mengalami kisah pilu, di calon Universitas tempatku belajar itu. 

Oh iya, aku saat itu masuk ke dalam perguruan tinggi di Jakarta.

BACA JUGA: Angin Segar Guru Honorer K2 dan Non-Kategori, Solusi Awal...

Masa orientasiku berjalan 5 hari, hari pertama dan kedua bagiku merupakan masa yang paling menyenangkan. 

Di hari ke tiga, aku mendapatkan pengalaman yang tak mengenakan dari kakak seniorku di kampus.

Saat itu pagi hari aku merasa tidak ada perasaan apapun yang terjadi, seperti biasa. 

Aku jalan pukul 7 pagi menuju calon kampus untuk mengikuti ospek. 

BACA JUGA: Wabah Virus Corona Menyebar ke Hong Kong, Staf Medis Ketakutan...

Saat aku sudah sampai, aku dan kawan-kawan seangkatanku di suruh ke dalam rungan aula di lantai 8. 

Setelah itu, mereka memberikan kami pelatihan dasar. 

Seperti dua hari sebelumnya, mereka amat menyenangkan dan bahkan memberikan kami hiburan berupa candaan. 

Akan tetapi, saat mata kami dipaksa di tutup dengan sebuah tali, mereka menjadi sangar dan memukuli benda di sekeliling aula. 
Katanya sih itu hal biasa.

BACA JUGA: Wanita Jangan Terlena, Ini Dia Ciri Khas Fakboy...

Tiba giliranku untuk di tegur oleh senior itu, mereka menjambak ku dan berkata "kamu tuh jangan sok cantik!" 

Menurutku itu tidak masuk akal di tengah-tengah masa orientasi ini melakukan hal yang menurutku sudah jadul. 

Tapi, itu tetaplah harus dijalani, karena memang dari tahun ke tahun yang aku tahu memang seperti itu.

Kami pun di marah-marahi hingga pukul 18.00 WIB, waktu di mana para muslim seharusnya menunaikan salat Maghrib. 

Tapi, kakak senior itu lagi-lagi menempelkan jari telunjuknya di dahiku. 

BACA JUGA: Lucinta Luna Kejang-kejang, Ini Kata Pengacaranya...

Mereka berkata "Setan lu!". 

Tidak lama, aku merasa sebuah keheningan dan badanku terasa sangat berat, berat sekali.

Tidak lama kata seniorku yang akhirnya cerita kepadaku mengatakan, saat itu tiba-tiba badanku bergetar dan jatuh pingsan. 

Aku terus dibangunkan dengan doa-doa, tapi aku hanya bisa berontak dan berontak. 

Seperti ada sesuatu yang mengendalikan ragaku. 

Entah, rasanya berat dan panas. 

Hanya itu yang aku ingat.

Saat aku mulai teriak, mulanya hanya aku saja yang kata orang-orang "kerasukan".

Kejadian menegangkan yang dibuat oleh seniorku semakin tegang, karena ada lebih dari 100 orang kerasukan makhluk halus penunggu aula lantai 8 itu.

Di saat itu semua seniorku rupanya sangat ketakutan dan menangis, meminta ampun dan berteriak Allahuakbar, tetapi itu pun tidak mempan. 

Setelah satu persatu teman-teman sebayaku mulai tersadar, hanya aku sendirilah yang masih tidak bisa tersadar dan masih menatap langit-langit dengan tatapan tajam.

Semua orang di dekatku tak ada yang berani untuk memegang aku. 

Hingga akhirnya, ustaz atau orang pintar entah apa namanya datang menghampiri aku. 

Ia bahkan mencoba menolong ragaku yang sedang di rebut oleh makhluk itu.

Hingga akhirnya aku pun mulai tersadar dan badanku tiba-tiba tidak bisa bergerak, aku masih memandang sekelilingku dengan tatapan kosong. 

Aku bahkan bisa melihat makhluk tak kasat mata itu, berada di sekelilingku setiap kali aku lewati. 

Mereka berusaha melambaikan tangan, merintih minta tolong kepadaku.

Rasanya... jujur aku takut, takut sekali. 

Hingga akhirnya aku melihat sosok makhluk tinggi, besar dan tak bisa digambarkan. 

Wajahnya tak terlihat, yang aku ingat dia seram dan sangat seram! 

Hingga akhirnya aku terpaksa di jemput oleh kedua orang tuaku, karena aku sampai lemas tak bisa berjalan. 

Sungguh aneh. 

Bahkan hingga kini aku bisa merasakan adanya roh lain disekelilingku.

Di mana aku bisa rasakan saat aku tahu ada kehadiran mereka, yakni kepala belakangku tiba-tiba pusing dan aku seperti mual. 

Namun, ketika mereka tidak ada, keadaan langsung berubah 180 derajat seperti tidak ada apa-apa yang terjadi padaku.

Jujur di dalam batinku, aku ingin sekali bisa lepas dari sinyal gaib itu, yang selalu menghantuiku di mana pun aku berada.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan Reporter: Annissa Nur Jannah

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co