Tradisi Unik Kebo-Keboan, Simbol Kemakmuran Suku Osing

28 Desember 2018 13:49

Setiap suku di Indonesia, punya tradisi sendiri untuk melakukan perayaan dalam upacara adat. Masyarakat asli suku Osing, Banyuwangi salah satunya. Mempunyai tradisi unik dalam rangkaian selamatan desa, ucapan syukur atas hasil panen yang berlimpah juga sekaligus upacara membersihkan desa supaya seluruh masyarakat diberi keselamatan dan dijauhkan dari mara bahaya.

Ritual ini rutin dilakukan 1 tahun sekali oleh suku Osing, setiap bulan Muharam atau suro pada penanggalan Jawa, yang jatuh pada hari minggu yang adalah bukan keramat. Ritual tersebut dikenal dengan Ritual Kebo-Keboan.

Konon tradisi ini sudah berlangsung semenjak abad ke-18. Masyarakat Suku Osing, meyakini jika ritual tidak dilakukan akan muncul musibah di desa mereka.

Kebo-keboan adalah bahasa daerah yang artinya 'kerbau jadi-jadian'. Hewan kerbau dipilih menjadi simbol karena hewan yang diakui sebagai mitra petani di sawah. Kerbau juga merupakan tumpuan mata pencaharian masyarakat setempat di desa yang mayoritas adalah petani.

Dalam ritual ini, masyarakat yang bertumbuh tambun berdandan layaknya seekor kerbau, lengkap dengan tanduk buatan dan juga lonceng yang diikat pada leher. badannya pun dilumuri cairan hitam yang terbuat dari oli dan arang. Masyarakat yang telah berdandan, menarik bajak mengelilingi sepanjang jalan desa dengan diiringi musik khas Banyuwangi, hal tersebut adalah ritual sakral untuk meminta berkah keselamatan dan wujud bersih desa.

Ritual yang sudah menjadi turun-temurun ini dilakukan di Desa Aliyan, Kecamatan Rogajampi, dan Dusun Krajan, Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi. Walau memiliki ritual yang sama pada kedua desa tersebut, nampaknya ada sedikit perbedaan dalam pelaksanaan upacara adat.

Namun, pada awalnya upacara ini diadakan untuk memohon turunnya hujan. Di Desa Aliyan biasa disebut dengan 'Keboan' bukan 'Kebo-keboan' yang artinya, Masyarakat desa yang menjadi kerbau atau manusia kerbau.

Hal tersebut tidak ditentukan oleh peuka adat setempat, melainkan arwah leluhur siapa saja yang menjadi kebo. Sedangkan di Desa Alasmalang, pemeran Kebo-keboan dipilih oleh pemuka adat tersebut.

Pelaku keboan didesa Aliyan kesurupan roh leluhur sebelum tampil,jumlah keboan saat tampil adalah 18 orang dan bisa lebih. Pada prosesi ritual Keboan desan Aliyan diawali dengan mendirikan gapura dari bambu yang dihiasi hasil petani masyarakat setempat seperti, padi, jagung, tebu, aneka macam buah-buahan dan juga sayur- sayuran.

Setelah itu mereka melakukan selamatan di empat penjuru desa, setelah itu barulah masyarakat melakukan arak-arakan kerbau manusia keliling desa layaknya sedang membajak sawah, oleh seorang petani dan seorang wanita cantik sebagai simbol Dewi Sri yang menabur benih sepanjang jalan. Manusia yang menjadi keboan adalah seorang pria dewasa. Namun, remaja dewasa juga bisa tapi sebagai pengiringnya.

Baca Juga : Mengenal Barapen, Tradisi Memasak ‘Bakar Batu’ Dari Papua

Serupa tapi tak sama, bila di Desa Alasmalang ritual kebo-keboan, berawal dari musibah pagebluk saat seluruh masyarakat diserang penyakit dan hama juga menyerang lahan pertanian. Seminggu sebelum menjelang upacara kebo- keboan masyarakat bergotong royong untuk membersihkan desa. Pada saat upacara sama dengan desa Aliyan melakukan arak arakan dengan petani juga Dewi Sri sebagai simbol membawa benih.

Puncaknya di persawahan kebo-keboan tersebut mulai memperlihatkan perilakunya yang mirip dengan seekor kerbau, yang sedang membajak sawah. Pada saat sedang berkubang, sebagian masyarakat turun ke sawah untuk menanam benih padi yang diyakini membawa berkah.

Setelah benih di tanam, para peserta lainnya segera menyerbu untuk mengambil benih padi yang baru ditanam tersebut. Ratusan warna baik pria mau pun wanita tua atau pun muda rela berebut bibit padi karena dipercaya dapat dijadikan sebagai penolak lama dan mendatangkan keberuntungan serta membawa berkah. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

osing   tradisi   banyuwangi  

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co