Hari Tanpa Tembakau Sedunia: Perilaku Perokok Dulu Hingga Kini

31 Mei 2020 15:50

GenPI.co - Meski sudah dibeberkan dampak kesehatan jika merokok atau menghisap tembakau, jumlah orang yang merokok tetap banyak di dunia.

Dari data WHO pada 2016, Ada sebanyak 1,1 miliar orang dewasa di dunia yang merupakan perokok dan 80 persen di antara mereka berasal dari negara dengan pendapatan rendah hingga menengah.

Sementara itu, dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, WHO pada tahun 2017 merilis dunia setiap tahun terjadi kematian dini akibat penyakit tidak menular (PTM) pada kelompok usia di 30-69 tahun sebanyak 15 juta.

BACA JUGA: Hasil Tantangan Oplas Ariel Noah Antimainstream Banget Lo

Sebanyak 7,2 juta diantaranya merupakan kematian diakibatkan konsumsi produk tembakau. Sebanyak 70 persen dari  kematian tersebut terjadi di negara berkembang.

Ternyata alasan merokok dan perilaku perokok berubah dari masa ke masa.

Berikut perubahan perilaku perokok, dilansir dari laman Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan:

Merokok untuk obat

Orang Eropa pertama yang mencoba menggunakan tembakau untuk tujuan medis adalah Christopher Columbus.

BACA JUGA: Luar Biasa! Anak Susi Pudjiastuti Supercantik dan Ganteng Banget

Prof Anne Charlton dalam Journal of the Royal Society of Medicine menuliskan Colombus menyadari pada 1492 bahwa tembakau diisap oleh penduduk di kepulauan yang sekarang bernama Kuba, Haiti, dan Bahama.

Ketika itu, daun tembakau juga dibakar layaknya obor untuk membuat steril atau mengusir penyakit.

Asap tembakau diyakini dapat melindungi manusia dari aroma tidak sedap, yang dianggap sebagian orang membawa penyakit.

Namun seorang dokter asal Inggris bernama John Cotta, pada 1612 telah memprediksi jika kelak tembakau bakal menjadi "monster dari banyak penyakit".

Merokok berbahaya karena nikotin

Para peneliti akhirnya berhasil mengungkapkan ada zat nikotin pada daun tembakau pada 1828.

Dari temuan ini, pandangan tembakau bisa menjadi obat berbalik arah.

Dunia medis mulai menyoroti kebiasaan merokok pada 1920-an dan 1930-an.

Setelah pengamatan dalam 30 tahun terakhir adanya efek buruk merokok telah terbukti jelas, begitu pula dengan merokok secara pasif, banyak negara mulai melarang kegiatan merokok di tempat-tempat umum yang tertutup.

Kampanye untuk menyadarkan orang berhenti merokok juga dilakukan gencar.

Sejumlah negara mewajibkan semua perusahaan rokok menempelkan foto-foto seram pada bungkus rokok, seperti foto pasien kanker paru, jantung, dan penyakit lain yang disebabkan tembakau.

Di Inggris, boneka bernama Smokey Sue digunakan untuk mengedukasi para perempuan hamil mengenai bahaya asap rokok pada janin.

Beralih ke rokok elektrik

Belakangan ini, rokok elektrik atau e-cigarette makin banyak yang mengonsumsinya.

Perangkat ini menggunakan baterai yang dapat diisi ulang sehingga penggunanya dapat mengisap nikotin dalam uap, alih-alih asap tembakau.

Rokok elektrik tidak menghasilkan tar atau karbonmonoksida, dua elemen paling berbahaya dalam asap tembakau.

Namun, bukan berarti rokok elektrik benar-benar aman, demikian diungkapkan Layanan Kesehatan Inggris (NHS).

Para vaping (mengonsumsi rokok elektrik) tidak sepenuhnya bebas kontroversi.

Amerika Serikat menyoroti industri rokok yang mendiversikan bisnis ke pasar rokok elektrik, selain itu juga para peritel yang dinilai memudahkan anak muda serta remaja mendapatkan dan membeli rokok elektrik. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Linda Teti Cordina

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co