Waspada Telemarketing Palsu Terkait 91 Juta Data Tokopedia Bocor

05 Juli 2020 15:52

GenPI.co - Peretasan dan penjualan 91 juta data pengguna Tokopedia di dark web (web gelap) yang sempat heboh awal Mei 2020, sekarang masih berlanjut.

Berdasarkan data Communication and Informatian System Security Research Center (CISSReC) menyebutkan ada 58 anggota yang sudah mengunduhnya.

BACA JUGA: Pakar Keamanan Siber Pastikan 91 Juta Data AKun Tokopedia Bocor

Pada tautan tersebut tertulis link akan kedaluwarsa sampai 5 hari ke depan. Data yang bocor adalah sama dengan awal Mei 2020, yaitu data yang diambil per bulan Maret 2020.

Kala itu kebocoran data pengguna di platform belanja daring ini menjadi perhatian serius Kementerian Komunikasi dan Informatika. 

Selanjutnya, Kominfo membentuk tim bersama Badan Siber dan Sandi Negara serta Tokopedia untuk mengevaluasi kasus tersebut.

pakar keamanan siber dari CISSReC, Dr Pratama Persadha, menegaskan bahwa Tokopedia harus bertanggung jawab karena data pengguna yang mereka kelola bocor. Kemungkinan besar banyak pihak akan menggunakan untuk tindak kejahatan.

"Ini membuktikan bahwa Tokopedia benar-benar sudah diretas, tidak seperti penjelasan Tokopedia sebelumnya yang mengatakan 'hanya' terjadi upaya peretasan di platform-nya," kata Pratama, Minggu (5/7).

Oleh karena itu, dia memandang perlu masyarakat mewaspadai kebocoran 91 juta data pengguna Tokopedia karena sangat memungkinkan penyalahgunaan data untuk menipu, misalnya telemarketing palsu.

Apalagi, situs marketplace (web atau aplikasi daring yang memfasilitasi proses jual beli dari berbagai toko) ini akan selalu menjadi sasaran para peretas karena banyak menghimpun data masyarakat, terutama kartu kredit, kartu debit, dan dompet digital.

Karena nama, e-mail (surat elektronik), dan nomor seluler jelas valid, memudahkan para penipu meminta sejumlah uang mengaku dari pihak mana pun, termasuk dari Tokopedia.

Ditambah lagi, bila para pelaku jago cracking hash, password (kata sandi) bisa diketahui, selanjutnya bisa terjadi pengambilalihan akun. 

Setelah mengetahui akun, mereka menghubungi calon korban dengan menawarkan layanan dan produk melalui telepon (telemarketing).

BACA JUGA: Pakai Produk Pond'S, Area Mata Bebas Kerutan

"Kalau hal ini terus-menerus terjadi, di mana perlindungan keamanan siber bagi masyarakat? Karena pada saat yang sama penyelenggara sistem transaksi elektronik juga sulit dimintai tanggung jawab," imbuhnya. (ant)
 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Cahaya

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co