GenPI.co - Cinta bisa datang kapan saja dan di mana saja. Begitu pun cinta mengajari untuk kita setia. Hal itu yang ada pada buka 'Cinta Tak Pernah tepat Waktu' karya Puthut EA.
Dalam buku ini bercerita seorang pria yang tidak disebutkan namanya pernah mencintai dan merelakan apapun untuk seseorang.
BACA JUGA: Penting Buat Ayah Bunda, 4 Tips Membangun Percaya Diri Pada Anak
Di sana ia berpikir satu-satunya obat yang ampuh untuk menyembuhkannya adalah dengan jatuh cinta lagi.
Namun, setiap perjalanan yang ia tempuh tak selalu sama. Permasalahan yang disebutkan di dalam novel tidak dirinci, hanya kalimat yang tersirat.
Konflik yang terjadi adalah suatu kegelisahan dan gejolak batin yang begitu mendera. Setiap penguraian konflik akan di bahas dengan kalimat yang sederhana.
Dalam perjalanannya cintanya untuk menyembuhkan luka, "Aku" mengalami banyak kejadian yang membuatnya merenung dan mengerti bahwa dalam hidup apa yang kita inginkan tidak seperti yang dibayangkan.
Bahwa luka, kadang-kadang tidak hanya memberikan rasa sakit atau perih, juga menjadi pelajaran berharga dalam proses penyembuhannya.
Topik yang dibahas adalah percintaan, pergolakan hati dan sejenisnya. Di dalamnya juga tersirat aktivitas sosial dan pengalaman untuk menyembuhkan luka hati.
Pesan yang bisa diambil dari buku ini yaitu hidup harus membumi. Kita tidak bisa berharap dengan keinginan kita, melainkan apa yang kita miliki.
Di dalam novel ini, akan sulit menemukan kalimat romantis ataupun khayalan di dalamnya. Justru akan menghadirkan penggunaan bahasa yang luwes, sederhana, jujur, dan mudah dipahami.
BACA JUGA: Daftar ke KPU, Gibran Naik Kereta Kencana, Bajo Naik Kuda
Itu sekaligus menjadi salah satu kelebihan novel ini sehingga niat untuk menghentikan bacaan di tengah-tengah cerita dapat terminimalisir. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News