GenPI.co - Anak Semua Bangsa merupakan novel kedua dari tetralogi Pulau Buru karya penulis legendaris Pramoedya Ananta Toer.
Novel sebelumnya adalah Bumi Manusia, sementara novel yang lainnya Rumah Kaca, dan Jejak Langkah.
BACA JUGA: Novel Sementara, Selamanya: Menuangkan Keresahan di Masa Pandemi
Buku ini menceritakan kejadian tahun 1898 sampai 1918, pada saat itu adalah saat di mana munculnya pemikiran politik etis dan awal dari kebangkitan Nasional, dan menjadi awal tumbuhnya pemikiran untuk berorganisasi dibangsa ini.
Novel seri ini menceritakan perjuangan Minke setelah sang istri, Annelis Mellema berlayar ke negeri ayahnya, Belanda.
Dalam buku ke dua ini digambarkan bagaimana penderitaan yang dialami oleh rakyat Jawa atas kekejaman penjajahan Belanda.
Apa yang dipuji-puji oleh Minke dan kaum terpelajar Belanda lainnya ternyata diremehkan oleh kawan-kawan dekat Minke yang mempunyai orientasi kepada kaum pribumi, seperti Jean Marais dan Kommers.
Pada awalnya Minke tersinggung. Ia oleh kawan-kawannya dinyatakan sebagai penulis buruk.
Kritikan dari kawan-kawan dekatnya ini menyebabkan Minke harus berlibur ke desa.
Di desa inilah Minke bertemu dengan petani yang bernama Kromodongso. Kromodongso sosok seorang petani yang tidak dapat mempertahankan tanahnya dari jangkauan tangan para pemilik perkebunan gula.
Tidak hanya tuan-tuan Belanda bermodal yang menjadi musuh Kromodongso, tetapi juga pamong desa yang menginginkan kedudukan lumayan dengan adanya pabrik-pabrik gula tersebut.
Minke menyadari petani-petani itu tidak memiliki pembela. Ia kemudian memutuskan untuk membela petani-petani itu.
Minke mulai menulis di surat kabar tempatnya biasa bekerja.
Tanpa Minke sadari, reportasenya mengenai penderitaan kromodongso akan berbalik membawa petaka.
Karena ternyata korannya juga dimiliki dan dimodali oleh para pemilik pabrik gula.
Para pemilik modal gula tidak mau menerbitkan tulisan-tulisan minke tersebut.
Saat itulah Minke sadar sepenuhnya bahwa ia harus menulis dengan bahasanya sendiri tentang rakyatnya sendiri dan dibaca oleh bangsanya sendiri.
Novel kedua ini pada hakekatnya merupakan suatu analisis kritis terhadap apa yang menyengsarakan kehidupan begitu banyak orang.
Dipaparkan secara luas dan mendasar benih-benih dan pokok kebangkitan bangsa-bangsa terjajah di awal abad ke-20.
Lahirnya pikiran-pikiran baru dalam gelombang perubahan itu memberikan daya saran yang kuat pada gerak pikir Minke.
BACA JUGA: Jessica Jung Eks SNSD Segera Rilis Novel Shine, Begini Faktanya
Minke tidak lagi melihat lingkungannya hanya dalam ruang lingkup yang terbatas yang hanya dibatasi oleh kelemahan pribadi.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News