Garap Pasar Thailand, Ini Skenario Kemenpar

18 Februari 2019 06:09

BANGKOK – Thailand International Travel Fair (TITF) 2019 di Queen Sirikit International Convention Center Bangkok, tak ubahnya seperti "perang." Wonderful Indonesia terus meng-upgrade diri. Mencari cara menjadi pemenang yang terbaik di pasar Thailand.

Semua industri diajak duduk bersama. Diajak meracik formula ampuh. Apa yang telah, sedang dan akan dilakukan oleh lawan, semua dikaji satu-satu. Setelahnya, membandingkan dengan yang kita lakukan.

Lalu dengan cara apa bisa mengalahkan rival di regional yang sama? Bagaimana mengejar ketertinggalan? Jawaban yang ditemukan Go Digital di semua lini, baik dari sisi originasi, destinasi maupun timeline-nya. Setelahnya, membuat paket-paket wisata tematik.

“Pertama, kenali dunia, kenali dirimu, maka kamu akan memenangkan peperangan. Kedua, kenali musuhmu, kenali dirimu, maka kamu akan memenangkan peperangan. Ketiga, kenali pelangganmu, kenali dirimu, maka kamu akan memenangkan peperangan,” terang Menpar Arief Yahya, Minggu (17/2).

Menpar pun mencoba membedahnya satu-satu. Pertama, kenali dunia, kenali dirimu, maka kamu akan memenangkan peperangan. Itu artinya, Wonderful Indonesia harus memahami standar yang dipakai dalam bersaing,yaitu standar global.

“Artinya kita harus melakukan benchmarking untuk mencapai global best practices. Ini merupakan konsekuensi ketika kita ingin menjadi global player,” tambahnya.

Kedua, kenali musuhmu, kenali dirimu, maka kamu akan memenangkan peperangan. “Setelah tahu posisi Wonderful Indonesia, maka selanjutnya harus mengenali musuh. Musuh kita ada di posisi berapa? Lalu harus kita lihat juga di aspek-aspek mana saja mereka kuat dan lemah,” ucapnya.

Ketiga, kenali pelangganmu, kenali dirimu, maka kamu akan memenangkan peperangan. “Setelah mengenali dunia dan musuh kita, kita harus mengenali pelanggan kita. Kita harus tahu profil mereka secara demografis, psikografis, dan perilakunya. Kita harus tahu preferensi mereka saat berwisata misalnya ke Jogjakarta atau Bali. Dan jangan lupa, kita juga harus tahu apa yang dikerjakan oleh pesaing terhadap mereka,” papar Menpar.

Instruksi Menpar tadi langsung diimplementasikan Deputi Bidang Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani Mustafa dan Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran I Regional I Kementerian Pariwisata Dessy Ruhati, dengan mengumpulkan seluruh industri yang diboyong ke TITF 2019. Situasi dunia, pesaing, dan pelanggan yang digambarkan Menpar tadi, langsung dikaji bersama secara mendalam. Arahnya adalah menjawab Originasi, Destinasi, Timeline.

“Jawaban pertamanya kita harus memperkuat go digital. Membangun kerjasama dengan travel agent Thailand yang kuat di digitalize,” ungkap Deputi Bidang Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani Mustafa, Jumat (17/2).

Mengapa harus kuat di digital?

Alasan pertama, konsumen sudah berubah jauh. Perilakunya menjadi semakin digital. Apalagi, generasi milenial juga semakin besar jumlah dan pengaruhnya.

"Perilaku traveller Thailand dan dunia sudah berubah. Dimana pun dan kapan pun mereka saling terkoneksi dengan mobile devices. Kalau kita tak berubah mengikuti perubahan konsumen, kita pasti akan mati.,'' kata Kiki, sapaan akrab Rizki Handayani.

Lima eksibitor yang ikut diboyong ke Bangkok juga sepakat dengan Kemenpar. Dari mulai Smailing Tour DMC, Bali Sinar Mentari Tours & Travel, Lisa Tour & Travel, Candi Wisata Prambanan hingga Asiable Indonesia, semuanya sepakat untuk memperkuat link dengan Travel Agent Thailand yang kuat di digital.

“Sekarang trend Traveller memang sudah berubah. Look-book-pay nya sudah online. Jadi kita sepakat dengan Kemenpar. Kita akan perkuat link dengan membangun networking dengan Travel Agent Thailand yang kuat di digital,” papar Nita Malik, eksibitor asal Smailing Tour DMC.

Jurus keduanya, memperkuat paket tematik. Ada wisata golf, diving dan religi yang bisa digarap di pasar Thailand.

“Timingnya pas untuk menaikkan selling. Kita menemukan momentum istimewa, maka kita curi peluang lewat wisata tematik,” timpal Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran I Regional I Kementerian Pariwisata Dessy Ruhati.

Wisata golf, diving dan religi langsung jadi fokus utama.

Pertama, Indonesia punya wisata golf dengan view Gunung Merapi. Potensinya diyakini sangat besar mengingat Thailand tidak punya gunung berapi. “Ini bisa kita mainkan. Mencari diferensasi yang tidak dimiliki Thailand,” tambah wanita berkerudung itu.

Yang kedua, Indonesia punya daya tarik bahari yang kuat. Dari mulai pantai, laut sampai underwaternya kerap dinobatkan sebagai juara dunia. “Traveller Thailand suka sekali dengan adventure dan laut. Ini juga bisa kita mainkan,” tambahnya.

Dan yang terakhir, Indonesia punya Borobudur. “Dari survei kami, ternyata banyak usia produktif warga Thailand yang tertarik dengan Borobudur. Sangat cocok dengan market Thailand yang mayoritas beragama Budha,” ucap Dessy.

Dia memang tak mengada-ada. Relief Borobudur sangat kaya cerita dan filosofi. Ada 2.672 ukiran relief dan 600 patung dan stupa Buddha yang ada di sana. Sebagai salah satu dari UNESCO Heritage Site, Borobudur terlihat begitu anggun dan megah laksana bunga teratai. Tokoh-tokoh dunia pun sudah banyak yang datang ke sana.

Presiden ke-44 Amerika Serikat, Barack Obama sudah pernah menginjakkan kaki ke Borobudur. Begitu juga pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, aktor Richard Gere, pesepak bola David Beckham bahkan Charlie Chaplin. Semua pernah menapakkan kaki di candi yang megah tersebut.

“Dan ini tak bisa ditemui di belahan dunia manapun,” tambahnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Cholis Faizi Sobari

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co