Malam Itu Sahabatku Membuat Aku Terkulai

08 Oktober 2020 07:50

GenPI.co - Dua tahun sudah usia pernikahanku bersama Yudi. Namun, kami belum dikaruniai seorang anak. Banyak sekali drama yang aku alami selama menjalin biduk rumah tangga dengannya. 

Aku sering kali kesal dengan sikapnya yang kadang tidak peka dan kurang perhatian denganku. 

BACA JUGADin Syamsuddin Skakmat Jokowi, Isinya Mengerikan!

Apalagi, ketika aku akan menjalani dinas luar kota dan meninggalkannya dalam waktu yang lama. 

Benar, semua kebutuhanku terpenuhi olehnya. Rumah, mobil, dan semua kebutuhanku tidak pernah telat dia berikan. 

Situasi inilah yang terkadang aku keluhkan. Jika aku bertanya, dia selalu mengelak dan tidak ada solusi, ujung-ujungnya pertengkaran terjadi. 

BACA JUGA: Rutin Makan Telur Ayam Kampung Ternyata Khasiatnya Sangat Dahsyat

Semua masalah yang aku alami ini, aku ceritakan kepada sahabatku Boy. Dia selalu ada ketika aku ada masalah dengan Yudi. 

Aku dan Boy memang tidak tinggal satu kota. Boy tinggal di Bandung. Hampir setiap bulan aku bertemu dengannya ketika aku mengunjungi perusahaan yang ada di Bandung. Semacam tugas rutin yang selalu aku jalankan di perusahaan. 

Setiap aku ke Bandung, tak pernah absen bertemu dengan Boy. Dia selalu menjemputku di Stasiun dan mengantarku sampai ke hotel. Kami sudah bersahabat lama, jauh sebelum aku menikah dengan Yudi. 

BACA JUGAFadli Zon Pedas Banget, Sebut Jokowi Ini...

Entah kenapa, Boy tidak pernah bosan mendengar ceritaku dengan Yudi, meskipun dia dulu pernah memintaku berpikir dua kali sebelum menikahinya.

Kali ini, aku berkeluh kesah dengannya. Seperti biasa, saat air mataku mulai mengalir deras, Boy selalu merangkulku dan membenamkan wajahku tepat di dadanya. Dia membelai rambutku dan memintaku untuk tidak menangis lagi. 

"Kenapa kamu tidak minta cerai saja?" ucap Boy.

BACA JUGAHoki Tingkat Dewa, Takdir 4 Zodiak Ini Ternyata Bakal Jadi Bos

Aku terkejut dengan apa yang diucapkannya. Aku tidak menyangka, kalimat tersebut keluar dari mulutnya, dan hatinya. 

Aku memandangnya, memandang dia lekat-lekat dan mencoba menerka apa yang ada di dalam hatinya. 

"Aku tidak ingin kamu terluka terus seperti saat ini," ujarnya sembari menatap mataku dan mengusap bulir air mata yang menetes di pipi. 

Refleks aku memeluknya erat dan dia membalas pelukanku. Bahkan, dengan sengaja dia menciumku dan aku pun membalasnya. 

Entah kenapa, kasih sayang yang ingin aku dapatkan dari Yudi, justru aku dapatkan dari Boy. 

Malam itu, menjadi malam yang tidak bisa aku lupakan. Aku tidak bermaksud mengkhianati Yudi. 

Namun, entah kenapa aku justru mendapatkan sebuah kebahagiaan lain dari Boy. 

Setelah aku kembali ke Jakarta dan bertemu dengan Yudi, pikiranku menjadi campur aduk tidak keruan. Entah kenapa aku akhirnya membandingkan sikap Yudi dengan Boy. 

Di meja makan aku menatap Yudi yang tengah menyantap menu sarapan bikinanku. 
Aku mencoba bertanya tentang rasa nasi goreng seafood yang dilahapnya. Yudi pun memuji masakanku enak. Setelah itu, dia berkata bahwa mobilku sudah beres diservis. 

Aku menghela napas panjang dan mencoba menyembunyikan rasa bersalah yang telah aku perbuat di Bandung dengan Boy. Yudi, maafkan aku sudah mengkhianatimu.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan Reporter: Mia Kamila

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co