Pemerintah Berutang Lagi, Dampaknya Bakal Mengerikan  

15 November 2020 12:40

GenPI.co - Pemerintah Indonesia kembali menerima pinjaman dari Australia sebesar Rp 15,4 triliun dengan waktu pelunasan 15 tahun. Pinjaman tersebut menambah deretan panjang utang luar negeri Indonesia.

Keputusan tersebut mendapat respons negatif dari Wakil Ketua MPR dari Fraksi Demokrat Syarief Hasan. Ia menyebut hal tersebut sebagai pertanda yang kurang baik.

BACA JUGA: Ngutang Lagi, Indonesia Pinjam AUD 1,5 Miliar untuk Atasi Pandemi

Dia menilai saat ini kemampuan membayar hutang Indonesia semakin memburuk lantaran pengelolaan utang yang tidak tepat.

Hal itu akan semakin membebani keuangan negara di tengah pandemi covid-19 yang masih belum berakhir.

Terlebih, menurut Syarief rasio utang luar negeri  terhadap Gross National Income (GNI) telah mencapai 38,64 persen.

“PNB Indonesia berkisar Rp 15.779,7 triliun. Dengan hutang luar negeri  mencapai Rp 6098,2 triliun berarti rasionya berkisar 38,64 persen,” ujar Syarief Hasan seperti dikutip GenPI.co dari Jpnn.com.

Mantan Menteri Loperasi dan Usaha Kecil Menengah itu lantas mengingatkan pemerintah untuk lebih berhati-hati dalam mengelola utang luar negeri.

Syarief memprediksi adanya tekanan Covid-19 di masa depan yang akan membuat rasio hutang Indonesia kembali naik.

Dia juga menilai alasan pemerintah menerima pinjaman dari Australia tidak akan menyelesaikan persoalan pandemi Covid-19.

BACA JUGA: Jakarta Disebut Amburadul oleh Megawati, Warga pun Bereaksi

Pasalnya, kunci penyelesaian persoalan tersebut ialah manajemen penanggulangan dan bukan persoalan dana.

Syarief lantas mencontohkan kucuran dana pemerintah dalam menangani pandemi sebesar Rp 800 triliun. Menurutnya, penggelontoran dana tesebut belum membuahkan hasil optimal.

Sebelumnya. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan Indonesia telah melakukan  pinjaman dari pemerintah Australia sebesar  AUD 1,5 miliar dengan tenor 15 tahun.

Dana tersebut dikatakan untuk menanggulan pandemi dan melengkapi APBN sebagai instrumen fiskal yang saat ini sedang tertekan hingga terjadi pelebaran defisit sebesar 6,34 persen.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co