Cerita Horor: Penjaga Mbah Putri Sinden Tak Kasatmata

27 November 2020 07:50

GenPI.co - Aku merupakan anak satu-satunya dari keturunan Ayah. Oleh sebab itu, perhatian yang sangat besar dari keluarga terasa sempurna diberikan kepadaku. 

Aku memiliki kebiasaan ikut ayah tiap kali ia dinas keluar kota. Kali ini ayah memiliki penugasan ke kota Malang, Jawa Timur. 

BACA JUGA: Minum Air Rebusan Cengkih Khasiatnya Ternyata Sangat Dahsyat!

Namun, karena sekalian bisa datang berkunjung ke rumah mbah putri, maka kami memutuskan untuk tinggal di Lawang selama dua hari selama ayah dinas.  

Rumah mbah putri seperti rumah Jawa pada umumnya, lantai dan dinding masih terbuat dari kayu.

Lampu untuk penerangan pun mbah putri memilih lampu kuning dibandingkan warna putih. Hal tersebut membuat pencahayaan di rumah tidak terlalu baik, khususnya bagiku yang belum terbiasa.

BACA JUGA: Shio Paling Hoki Sedunia, Takdirnya Bakal Kaya Mendadak

Rumah ini cukup luas untuk tempat tinggal seorang diri. Namun, mbah putri tidak pernah ingin pergi pindah dari rumah yang penuh kenangan katanya. 

Malam pun tiba, ayah meninggalkan aku malam itu untuk pergi ke Kota Malang. 

Hanya aku dan mbah putri yang sibuk terus merajut. 

Meski masih pukul 20:00 WIB, tapi rasanya aku sudah sangat mengantuk, aku pun pamit dan memutuskan untuk pergi ke kamar lalu tidur.

BACA JUGA: Fakta Mengejutkan Habib Rizieq Dibongkar Tokoh Senior Ini, Ngeri!

Pukul 02:00 AM aku terbangun, suasana baru cukup sulit membuat aku tertidur lelap walau pada awalnya mengantuk. 

Di tengah keheningan, sambil memerhatikan langit-langit atap kamar, aku mendengar senandu seorang wanita, sangat jelas ia seperti sedang memainkan irama musik Jawa. 

Aku berpikir bahwa itu suara mbah putri, sebab ayah pernah berkata bahwa ibunya memiliki suara yang sangat merdu.

Namun, apa yang sedang mbah putri lakukan pukul sebegini masih juga belum beristirahat. 

Untuk memastikan aku perlahan melangkah keluar kamar. Sayangnya aku tidak menemukan siapa pun. 

Saat melihat ke arah pintu kamar mbah putri, tiba-tiba terdengar suara pintunya baru saja tertutup. Pikirku, baru saja mbah putri masuk ke dalam kamar.

Aku pun kembali ke kamar untuk beristirahat dan akan bertanya pada mbah pada pagi hari. 

Pagi pun menjelang. Masih dengan penuh rasa penasaran aku bertanya pada mbah putri yang aku rasakan semalam. 

Namun, jawaban yang keluar dari mulutnya membuatku terkejut. 

Sebab, mbah putri mengatakan tidak lama setelah aku masuk kamar, ia juga kembali ke kamar untuk beristirahat. 

Jantungku berdebar, tetapi aku tidak ingin rasa takutku terlihat olehnya.

Aku pun kembali membantu mbah memasak, saat sedang mengiris tomat sambil sedikit larut dalam lamunan, tak sengaja aku menyayat jariku hingga berdarah. 
Mbah melihatnya panik, ia segera menyuruhku untuk masuk ke kamarnya mengambil obat merah agar segera diobati. 

Menuruti perintah mbah putri aku segera mengambilnya.

Memasuki kamar mbah, sangat terasa wangi seperti wangi-wangian bunga, tapi aku tidak terlalu mengenal jenis bunga tersebut. 

Menuju meja riasnya, aku segera mengambil obat merah dan menggunakannya pada jariku yang terluka. 

Sambil mengobati dan melihat cermin yang ada di depanku. Pintu kamar mbah putri tertutup perlahan.

Aku melihat sebuah rambut panjang hitam tergantung di balik pintu, sambil menarik napas panjang karena terkejut, aku kembali mengobati tanganku. 

Sesekali aku melihat ke arah cermin yang ada di depanku. Kali ini aku melihat seorang wanita cantik, seperti penari Jawa berdiri di sebelah rambut panjang itu kemudian memakainya. 

Mataku melotot melihat hal tersebut. Bulu kudukku berdiri seluruhnya, jantungku berdebar kencang. 

Secara perlahan aku ingin melihat langsung apakah hal yang kulihat di cermin itu benar adanya. 

Namun, saat aku melihat arah pintu, tidak ada siapa pun yang aku lihat. Hanyalah pintu yang tertutup.  

Berusaha menenangkan diri, memejamkan mata dan mengirup napas panjang. Aku kembali kendengar senandung wanita dengan lagu Jawa tersebut jelas di telingaku. 

Tanpa membuka mata, aku berlari keluar kamar, mbah putri kemudian memeluknya. 

Aku menceritakan seluruhnya apa yang aku rasanya mulai dari semalam hingga tadi. 

Namun, mbah putri hanya menjawab. "Nggak apa-apa itu hanya perkenalan dengan sahabat mbah putri,"(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co