Potensi Migrasi ke Calon Ibu Kota Baru, Peneliti Ingatkan Hal Ini

GenPI.co - Peneliti senior di bidang arkeologi Harry Truman Simanjuntak mewanti-wanti pemerintah untuk mengantisipasi potensi perpindahan penduduk dalam jumlah besar ke calon ibu kota baru.

Pasalnya, hal tersebut bisa menimbulkan konsekuensi yang begitu besar. Bahkan, efeknya bisa merusak unsur keaslian dari wilayah tersebut.

BACA JUGA: Ahok Jadi Calon Kepala Ibu Kota Baru, Sandiaga Uno Tercengang...

“Yang jelas paling tidak akan ada perubahan lanskap dan demografi,” ujar Truman dalam Webinar “Hasil Penelitian Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Tahun 2020” pada Senin (30/11/2020).

Hal itu tak lepas dari rencana pemerintah untuk melakukan pemindahan pegawai negeri secara besar-besaran ke ibu kota yang baru.

“Secara pasti memang belum diketahui, ada yang mengatakan 1,8 juta atau 1,4 juta. Bahkan, Presiden Jokowi menginginkan semua ASN pindah ke sana,” jelas Truman.

Migrasi besar-besaran ini punya potensi untuk mengubah gaya hidup dan budaya pada masyarakat asli daerah.

Alhasil, kebudayaan daerah akan terancam. Bahkan, jika tidak diantisipasi, hal itu akan menghilangkan sejarah dan budaya lokal itu sendiri.

“Ini yang menjadi konsentrasi Pusat Arkeologi Nasional saat melakukan penelitian di wilayah IKN (Ibu Kota Negara),” ujar Truman.

Pengembangan ibu kota negara yang baru mesti berbasis pada sejarah dan budaya lokal. Sehingga budaya lokal bisa tetap bertahan, bahkan bisa eksis dan mewarnai kehidupan ibu kota baru.

Truman menyarankan pemerintah untuk memperhatikan tiga unsur pokok, sebelum membangun ibu kota negara baru tersebut.

Pertama, pembangunan IKN berwawasan keseimbangan ekosistem. Kedua, budaya fisik setempat tetap eksis, dikembangan, dan dimanfaatkan.

BACA JUGA: Kompetensi Ahok Tokcer Kalau Pimpin Ibu Kota Baru, Tetapi...

Ketiga, budaya non fisik kedaerahan seperti tradisi, adat istiadat, dan kearifan lokal, juga dikembangkan seiring dengan pembangunan IKN. (*)