GenPI.co - Alkisah, ada empat bersaudara yang memang tidak kaya, tetapi diselimuti hangatnya kasih sayang.
Dengan kepergian sang ayah ke medan perang, mereka hanya memiliki ibu yang membantu mereka dalam menjalani masa pendewasaan.
BACA JUGA: Membongkar Misteri Sejarah Umat Manusia Lewat Buku Sapiens
Rasa cinta dan kehilangan yang dialami lambat laun mengajari mereka menjadi para ‘wanita kecil’.
Cerita karangan Louisa May Alcott ini sangat sederhana, tetapi mampu memainkan emosi para pembacanya, terutama para remaja perempuan yang sedang mencari jati diri dan cita-cita.
Seperti kebanyakan buku fiksi lainnya, karakter dalam cerita ini memang tampak terlalu sempurna untuk menjadi nyata.
Namun, semua karakter terasa sangat masuk akal dan membuat pembaca seakan ingin menebus kesalahan di masa lalu dan mengubah cara pandang mereka.
Sayangnya, plot cerita Little Women terbilang cukup lambat. Tidak banyak momen menarik untuk membuat pembaca tetap fokus dan tak memilih untuk memindai buku.
Meskipun demikian, kompleksitas kepribadian keempat saudara perempuan keluarga March justru membuat pembaca merasa seperti menemukan teman dan keluarga baru.
Sehingga, ketika buku berakhir, para pembaca bisa merasa agak kesepian karena kehilangan empat perempuan unik itu.
BACA JUGA: Buku Ini Angkat Kisah Nyata Perempuan Mesir yang Membunuh Germo
Perasaan yang membekas di hati para pembaca membuat buku ini cocok disimpan sebagai harta karun di rak buku berdebu untuk diwariskan dari generasi ke generasi. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News