GenPI.co - Galeri Nasional Indonesia (GNI) memiliki peran penting dalam melihat peradaban bangsa melalui kacamata seni.
Namun, GNI baru terbentuk setelah 52 tahun Indonesia merdeka.
BACA JUGA: Karya Lukisan Dipamerkan di Galeri Nasional
Lambatnya pembentukan Galeri Nasional Indonesia ini ditengarai merupakan implikasi dari gejolak politik bangsa.
Selama kurun waktu tersebut, pemerintah tak punya niatan serius untuk membentuk wadah yang mampu merekam kebudayaan negara.
“Ini sangat lambat pembentukannya. Kenapa? Orde lama dan orde baru tak punya political will,” ujar Citra Smara Dewi dalam publikasi hasil riset “Galeri Nasional Indonesia (GNI) Dalam Pembentukan Identitas Nasional”, Jumat (8/1/2021).
Kendati begitu, para pegiat seni Tanah Air sebenarnya sudah menciptakan embrio pameran seni sebelum GNI terbentuk.
“Mulai dari balai budaya yang lahir 1954, Taman Ismail Marzuki yang melahirkan gerakan seni rupa baru, pameran Paris Jakarta dan pameran Gerakan Non Blok, hingga kemudian puncaknya GNI,” jelas Citra.
Indonesia seperti baru menyadari pentingnya Galeri Nasional Indonesia pada 1995. Saat itu terjadi Konferensi Asia-Afrika di Bandung.
“Di situ diadakan pameran seni rupa Gerakan Non Blok. Nah, saat itu kita baru sadar kita belum punya galeri nasional sebagai representasi peradaban bangsa,” kata Citra.
Momentum tersebut kemudian dipakai oleh para pegiat seni untuk membidani lahirnya Galeri Nasional Indonesia.
“Setelah melalui perjalanan panjang, 1999 baru diresmikan,” katanya.
Serangkaian peristiwa tersebut menjadikan Galeri Nasional Indonesia lekat dengan gejolak politik.
BACA JUGA: 72 Seni Lukis Cat Air Dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia
Bukan hanya menemukan momentum ketika Gerakan Non Blok digelar, melainkan juga menjadi saksi tergulingnya rezim Orde Baru. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News