Atraksi Wisata, 111 Kuda Renggong Sumedang Pamer Aksi

18 Februari 2018 13:32

SUMEDANG – Wilayah Kabupaten Sumedang dikenal kaya seni dan budaya, terutama yang berkaitan dengan kuda. Kalau tidak percaya, buktikan saja kehebatan tarian 111 Kuda Renggong di Lapangan Darongdong, Buah dua, Sabtu (10/2), mulai pukul 08.00 WIB.

“Pesona Wisata Atraksi 111 Kuda Renggong ini unik dan menarik. Kuda
Renggong merupakan ikon dari Sumedang. Jadi, Sumedang itu dikenal
dengan Kuda Renggong dan tahu,” ungkap Tokoh Seni Kuda Renggong Asep
Cepot.

111 Kuda Renggong yang siap bergoyang, dinaungi Yayasan Seni Kuda
Renggong Sumedang (Yaskures). Yaskures sendiri memiliki 300 orang
anggota, dengan total Kuda Renggong yang dibina mencapai 600 ekor dan
tersebar di 23 kecamatan.

Menurut Asep Cepot, Kuda Renggong mempunyai kedekatan dengan daerah
Buahdua. “Penyelenggaraan event ini di Buahdua sangat spesial. Sebab,
sejarah Kuda Renggong memang lahir di sini,” terangnya.

Lahir di Cikurubak, Buahdua, sejarah panjang dimiliki Kuda Renggong.
Kata ‘Renggong’ memiliki arti rereongan atau gotong royong. Di wilayah
Sumedang, terdapat tiga jenis kuda yang diajarkan Renggong. Ada kuda
lokal sandle, kuda pacu, dan kuda blasteran dari Australia. Ketiganya
dapat dibedakan dari ciri fisiknya. Kuda sandle terlihat lebih kecil
dengan tinggi 130 cm.

Untuk mahir bergoyang, kuda-kuda tersebut harus melewati tahapan
latihan dengan waktu dua tahun. Sementara proses adaptasi dan
penguasaan gerakan dasar butuh waktu 5 bulan.

Dalam masa-masa itu, kuda-kuda dibiasakan dengan ketukan musik dan
lingkungannya. Selanjutnya, kuda-kuda diajak mengenal filosofi ‘saruas
sabuku’. Dalam fase ini, kuda sudah memiliki harmonisasi kelenturan
kaki, gerakan tubuh, dan keseimbangan kepala.

“Keberhasilan Kuda Renggong sangat bergantung pada kepiawaian pawang.
Kuda ini harus selalu fit, makanya diberi makanan dingin. Hanya rumput
dan dedak, tapi dituntut menghasilkan energi besar. Agar gerakan
sempurna,” kata Asep Cepot lagi.

Terdapat tiga unsur yang dinilai pada setiap penampilan Kuda Renggong.
Ada wirahma, wiroga, dan wirasa. Wirahma merupakan kesesuaian dengan
alunan musik. Wiroga itu keluwesan gerakan kuda. Tidak kalah penting
chemistry kuda dengan pawang atau wirasa.

Bendahara Yaskures, Asep Dedi menerangkan, Sumedang sebenarnya
memiliki beberapa event Kuda Renggong.

“Pesona Wisata Atraksi 111 Kuda Renggong ini menjadi gebyarnya. Selain
itu, kami juga punya agenda rutin, yaitu Festival Kuda Renggong. Tahun
2017 lalu, Festival Kuda Renggong digelar pada 27 September. Tapi,
setiap kecamatan hanya mengirim 3 kuda saja. Jumlahnya lebih sedikit
dari Atraksi 111 Kuda Renggong ini,” tuturnya.

Dijelaskannya, Festival Kuda Renggong memiliki 4 kategori event. Ada
silat, ibing sandle, ibing blasteran, dan musik. Asep Dedi
melanjutkan, status 3 besar di Festival Renggong 2017 akan ditampilkan
pada Pesona Wisata Atraksi 111 Kuda Renggong 2018. Ketiganya menjadi
penari pengiring sambil berjalan. Terlihat lebih meriah, setiap kuda
juga diikuti 6 orang penari.

“Juara 1 sampai 3 Festival Kuda Renggong akan turun. Tujuannya biar
semakin semarak. Kami harap ini akan menjadi daya tarik tersendiri.
Sebab, kami kesulitan promosi pada setiap event Kuda Renggong. Kami
beruntung ada dukungan dari Kementerian Pariwisata untuk event kali
ini,” ujarnya lagi.

Dalam setiap event, Festival Kuda Renggong selalu menghabiskan
anggaran Rp150 juta. Tahun lalu, Yaskures mendapat subsidi sebesar
Rp80 juta dari Dinas Pariwisata.

Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata 1 Wawan Gunawan menjelaskan,
potensi Kuda Renggong bagi pariwisata Sumedang sangat besar karena
sangat unik. Namun, treatment khusus tetap harus dilakukan.

“Kuda Renggong mewakili karakter budaya Sumedang. Sangat unik dan bisa
diandalkan menarik minat wisatawan. Agar lebih spesial, kostum kuda
dan orang pendukungnya harus dibuat lebih menarik. Pada kaki kuda
contohnya, perlu ditambah hiasan. Kalau dari sisi gerakan kuda sudah
luar biasa,” tegasnya.

Pendapat serupa juga dilontarkan Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Baginya, Kuda Renggong merupakan komoditi pariwisata yang luar biasa.
Namun, inovasi dan perbaikan tetap harus dilakukan. Tujuannya, agar
performa Kuda Renggong semakin impresif. Apalagi, event beraroma seni
dan budaya jadi menu yang paling dicari wisatawan mancanegara
(wisman).

“Dukungan akan selalu diberikan oleh Kementerian Pariwisata. Tapi,
memang inovasi harus dilakukan. Kuda Renggong ini komoditi mahal. Bisa
mendatangkan banyak wisman ke Sumedang, apalagi kalau nanti
aksesibilitasnya sudah jadi,” pungkasnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Gilang Sonar Reporter: Kemenpar

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co