Berpuasa di Jerman, Aku Diuji Sabar Musim Panas 40 Derajat

10 April 2021 23:10

GenPI.co - Namaku Nia Anggraini. Aku kini tinggal di Chemnitz Jerman, sebuah kota kecil yang dulunya merupakan bagian dari Jerman Timur.

Aku sudah hampir tiga tahun berada di sini dan telah menjalani kali kedua puasa Ramadan. Aku pun tak sabar menunggu bulan suci Ramadan di negeri Panzer.

Namun, aku cukup bersedih lantaran tahun ini akan melewati puasa Ramadan di tengah pandemi covid-19. Wilayah di kota pun menerapkan lockdown sejak beberapa waktu lalu.

BACA JUGAMenjalani Ramadan di Negeri Paman Sam, Aridha Rindu Suara Azan

Sebelumnya, aku kerap pergi mengunjungi rumah salah satu mahasiswa yang mengadakan buka bersama alias bukber pada setiap hari Sabtu.

Meski umat muslim di sini cukup banyak yang berasal dari Suriah, Afganistan, dan Pakistan, suasana Ramadan jelas berbeda.

Aku pun hanya berteman dengan empat orang asal Indonesia yang berbeda profesi. Kami kerap menghabiskan waktu bersama untuk ibadah selama bulan suci Ramadan.

Kerinduanku akan suasana puasa di Indonesia pun sedikit terobati dengan berkumpul bersama. Kegiatanku waktu itu ialah menunggu azan Magrib seakan seperti di tempat kelahiranku.

Menjalani ibadah di negeri orang tentu tak semudah kala aku di Indonesia. Apalagi, ketika aku berpuasa, masyarakat di sekitar asyik menyantap hidangan mereka.

Terlebih, saat bulan Ramadan selalu memasuki musim panas yang mana sangat berat untukku. Di sini suhu panasnya bahkan bisa mencapai 40 derajat.

Tidak hanya itu, waktu berpuasa di Jerman pun berbeda dengan di Indonesia. Aku mulai berpuasa sejak pukul 2.30 hingga 21.30 waktu maghrib.

Rentang waktu berbeda tersebut membuatku kesulitan beradaptasi. Aku pun kerap batal puasa lantaran merasa lemas ketika berpuasa.

Aku lantas menyiasati itu dengan mengatur waktu tidur dengan teratur. Selain itu, penting untuk menyantap makanan saat sahur.

Dengan demikian, aku lebih terbiasa menjalani puasa di negera ini. 

Untuk beribadah, seperti salat aku biasa melakukannya di rumah karena masjid di sini tidak banyak, berbeda mungkin dengan kota-kota besar di Jerman.

Untuk menyambut bulan suci Ramadan tahun ini, aku tidak mempersiapkan hal khusus karena masih pandemi. Namun, aku kerap memasak makanan Indonesia.

BACA JUGAAku Puasa Ramadan di Korsel, Rinduku Tertinggal di Cepu

Dengan memasak makanan lokal, sedikit banyak membantuku menjalani puasa Ramadan di sini. Terlebih, aku tidak menyukai hidangan Jerman.

Aku berharap puasa tahun ini dapat lebih baik dalam beribadah maupun menjalani puasa. Selain itu, aku sangat merindukan berkumpul bersama teman-teman untuk menunggu waktu berbuka puasa. (*)
 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid Reporter: Puji Langgeng

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co