GenPI.co— Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve memangkas suku bunganya setelah menggelar rapat pada 17-18 September 2019. Kebijakan ini juga membuat analis dalam negeri super bahagia.
Suku bunga acuan Fed dipangkas sebesar 0,25 persen menjadi pada kisaran 1,75 persen-2 persen.
Baca juga:
Fed Pangkas Suku Bunga Direspons Wall Street Biasa Saja, IHSG?
Bakal Respons Keputusan 2 Bank Sentral, IHSG Diprediksi Menanjak
Analis saham pun merespons kebijakan pemangkasan suku bunga acuan Fed.
“Atas berita pemangkasan tingkat suku bunga The Fed tentu saja membuat kami senang, mengapa demikian? Karena potensi pemangkasan tingkat suku bunga BI Rate 7DRR akan semakin besar hari ini,” kata Maximilianus Nico Demus, Direktur Research & Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas dalam risetnya, Kamis (19/9/2019).
Bank Indonesia akan mengumumkan kebijakannya setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang dilakukan pada 18-19 September 2019. Salah satu yang ditunggu adalah keputusan terkait besaran suku bunga acuan BI.
Ia juga mengharapkan Guberur Bank Indonesia memberikan stimulus kembali, menyusul adanya ancaman akan terjadi perlambatan ekonomi global.
“Untuk berjuang mendapatkan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen, tentu akan membutuhkan pelonggaran kebijakan moneter yang lebih besar,” kata analis Nico.
Selain itu juga, tambahnya, kami inflasi masih terjaga dengan stabil, dan masih dalam ruang lingkup target inflasi tahunan.
“Oleh sebab itu apabila Bank Indonesia benar benar memangkas tingkat suku bunga, hal ini akan menjadi booster bagi pergerakan indeks dan pasar obligasi hari ini,” kata Nico.
Nico mengatakan, perekonomian dalam negeri saat ini masih dalam kondisi yang dinilai cukup berisiko guna menghadapi dampak dari perlambatan ekonomi global.
Indikator penting yang menunjukkan stabilitas fundamental dalam negeri saat ini, dinilai belum menarik bagi investor asing untuk kembali masuk.
Sementara perang dagang AS dan China yang berlanjut, ikut menekan kinerja perdagangan Indonesia.
“Kami melihat tekanan ekonomi global akibat perang tarif cukup berdampak negatif bagi stabilitas ekspor Indonesia,” ujarnya.
Secara akumulatif, ekspor dari januari hingga Agustus turun 8,28% YoY. Indeks Manufaktur PMI yang mengalami penurunan cukup siginifikan sejak Mei 2019, dan saat ini
berada pada level 49.
“Dari data tersebut kami melihat adanya perlambatan pada industri manufaktur, sehingga berdampak pada penurunan aktivitas produksi,” kata Nico.
Di bursa saham dalam negeri, Nico mengemukaan saat ini investor domestik lebih mendominasi perdagangan IHSG.
“Secara teknikal, kami melihat IHSG (Kamis, 19 September 2019) memiliki peluang bergerak mixed dan ditradingkan pada level 6.230 – 6.290,” kata Nico.
PT Pilarmas Investindo Sekuritas pada perdagangan Kamis (19/9/2019) merekomendasikan saahm INCO, CTRA, PPRO.
Lihat video seru ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News