GenPI.co - CEO Indodax Oscar Darmawan membeberkan penyebab harga Bitcoin terus anjlok dalam belakangan ini.
Dia mengatakan harga Bitcoin saat ini berada pada level sekitar Rp300 jutaan masih dalam batas wajar.
Menurutnya dari analisis teknikal penurunan bitcoin merupakan siklus empat tahunan yang pernah terjadi sebelumnya.
"Setelah Bitcoin mengalami all time high di 2013, 2017 dan 2021, maka akan terjadi penurunan harga yang cukup signifikan diikuti kripto lainnya," ujar Oscar dalam siaran persnya yang diterima GenPI.co, Sabtu (2/7).
Menurutnya siklus empat tahunan tersebut sering dimanfaatkan orang untuk membeli dan mengumpulkan aset kripto. Karena saat harga Bitcoin turun, harga aset kripto lain biasanya mengikuti.
"Biasanya harga mayoritas kripto akan mengikuti Bitcoin sebagai aset yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar," terangnya.
"Momen bearish saat ini justru sering dimanfaatkan para trader jangka panjang untuk membeli kripto di harga yang murah," sambungnya.
Di Indodax sendiri ada 200 lebih jenis aset kripto dan tidak semua mengalami penurunan seperti Bitcoin.
Ada beberapa aset kripto lain yang justru naik, seperti token derivatif.
Indodax menyediakan token derivatif seperti Hedge dan Bear yang harganya akan naik ketika harga Bitcoin turun.
Token derivative biasanya bisa dimanfaatkan oleh para trader jangka pendek yang tetap ingin menuai profit pada saat pasar sedang bearish.
Dia menjelaskan trader atau investor perlu memahami pentingnya analisis teknikal dan menerapkan manajemen keuangan yang baik.
Oscar mengatakan, analisis teknikal adalah cara melihat prediksi pergerakan harga ke depan dengan melihat tren yang sudah terjadi, melalui candle atau chart.
Cara sederhana adalah pola support, di mana harga kripto dari bawah yang terpantau akan naik. Atau pola sebaliknya, yaitu resisten, di mana harga akan turun dari puncak.
"Investor perlu mengetahui candlestick mana yang mengindikasikan suatu harga akan naik atau suatu harga akan turun," pungkas Oscar Darmawan. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News