GenPI.co - Data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru bisa bikin jantungan. Angka kemiskinan bertambah, dan tingkat ketimpangan (gini ratio) bergerak stagnan. Rakyat miskin terliat kian menderita.
BPS mencatat Gini Ratio atau ketimpangan Indonesia pada Maret 0,384 atau naik dibandingkan periode Maret 2020 yang 0,381.
Itu artinya, jurang pemisah si kaya dan si miskin di Indonesia, semakin lebar. Dan pemicunya adalah pandemi covid-19.
Semua analisis data diulas Kepala BPS Margo Yuwono. Pandemi covid-19 disebut membuat ekonomi Indonesia morat-marit.
Berdasarkan ukuran ketimpangan Bank Dunia, distribusi pengeluaran pada kelompok 40% terbawah adalah sebesar 17,76%.
Hal ini berarti pengeluaran penduduk pada Maret 2021 berada pada kategori tingkat ketimpangan rendah.
Jika dirinci menurut wilayah, di perkotaan angkanya tercatat sebesar 16,81% yang berarti tergolong pada kategori ketimpangan sedang.
"Sementara untuk perdesaan, angkanya tercatat sebesar 20,68%, yang berarti tergolong dalam kategori ketimpangan rendah," ujar dia.
Sebetulnya sempat ada trend perbaikan yang tercatat. Semua bisa dilihat dari angka Gini Ratio yang menurun sampai September 2019.
Kondisi ini menunjukkan bahwa selama periode tersebut terjadi perbaikan pemerataan pengeluaran di Indonesia.
"Namun, akibat pandemi covid-19, nilai Gini Ratio kembali mengalami kenaikan," kata dia dalam konferensi pers, dikutip Jumat (16/7/2021).
Margo mengatakan angka ini menurun 0,001 poin jika dibandingkan dengan Gini Ratio pada September 2020 yang tercatat sebesar 0,385.
Di sisi lain, angkanya meningkat 0,003 poin bila dibanding Gini Ratio pada Maret 2020 yang tercatat 0,381.
Tingkat ketimpangan di perkotaan pada Maret 2021 tercatat 0,401. Angkanya naik dibanding September 2020 sebesar 0,399 dan Gini Ratio pada Maret 2020 yang sebesar 0,393. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News