Pakar Ekonomi Wanti-wanti: Jantung Perekonomian Sudah Malfungsi

17 Agustus 2021 09:45

GenPI.co - Pakar Ekonomi Faisal Basri blak-blakan mengungkapkan kinerja perbankan di tengah pandemi covid-19 saat ini.

Pernyataan tersebut diungkapkan Faisal Basri melalui situs resmi pribadinya, Minggu (15/8).

Faisal Basri membeber, bahwa perbankan sebagai jantung perekonomian kini sudah tidak bekerja sebagaimana mestinya alias malfungsi.

BACA JUGA:  Air Rebusan Putri Malu Bikin Pria Makin Dahsyat, Istri Bahagia

Ekonom itu menganalogikan ekonomi seperti tubuh manusia, salah satu organ vital di dalam tubuh adalah jantung, yang tugasnya adalah menyedot darah dan memompakannya kembali ke sekujur tubuh.

Di mana dalam perekonomian, jantung bisa dianalogikan dengan sektor keuangan, khususnya perbankan.

BACA JUGA:  Wanita Seperti Ini Bakal Bikin Pria Menikmati Surga Dunia

Sementara, Bank berfungsi menyimpan dana dari masyarakat dalam bentuk dana pihak ketiga (DPK) berupa giro, tabungan, dan deposito.

Menurut Faisal Basri, dana yang terhimpun dari masyarakat itu, seharusnya dipompakan atau diputar kembali ke dalam perekonomian dalam bentuk pinjaman atau kredit.

BACA JUGA:  Jika Pasanganmu Memiliki 5 Tanda Ini, Jangan Pernah Sia-siakan

Namun, Faisal Basri menilai, jantung perekonomian Indonesia tak kunjung optimal.

Bahkan sangat lemah dibandingkan dengan negara-negara tetangga dan jauh lebih rendah dari rerata negara berpendapatan menengah-bawah (lower-middle income).

"Sampai kini, kondisi jantung perekonomian belum kunjung pulih dari kondisi sebelum krisis 1998," jelas Faisal Basri.

"Wabah covid-19 semakin memperlemah jantung perekonomian. Perbankan kian kikir menyalurkan kredit, padahal dana masyarakat yang disedotnya terus mengalir deras," sambungnya.

Apalagi, bukannya untuk menyalurkan kredit kepada masyarakat, perbankan justru memperbanyak membeli surat utang negara (SUN).

Berdasarkan data Asian Development Bank yang dikutip Faisal, sebelum pandemi kepemilikan SUN berdenominasi rupiah oleh perbankan, per Maret 2020 hanya 26,9 persen.

Setahun kemudian, setelah pandemi mulai masuk Indonesia, porsi pembelian SUN oleh perbankan naik signifikan menjadi 37,9% pada Maret 2021.

"Membuatnya sebagai pembeli terbesar, mengalahkan investor asing," ungkapnya.

Faisal Basri pun mengingatkan, jika keadaan ini terus berlanjut, jangan terlalu banyak berharap segera terjadi pemulihan ekonomi. Organ-organ perekonomian sulit bangkit karena kekurangan darah.

"Jangan jadikan pandemi sebagai kambing hitam jika pertumbuhan ekonomi Indonesia tak kunjung beringsut dari sekitar 5 persen," pungkasnya.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co