Rubel Tak Bernilai, Bank Sentral Rusia Kerek Suku Bunga Acuan

28 Februari 2022 19:34

GenPI.co - Keputusan Rusia yang menginvasi Ukraina membuat negara-negara Barat melakukan berbagai sanksi.

Sanksi-sanksi yang sudah dijalankan membuat ekonomi Rusia terguncang.

Bahkan mata uang Rusia, yaitu Rubel mulai mengalami depresiasi yang cukup tinggi imbas penutupan akses terhadap cadangan mata uang Rusia.

BACA JUGA:  Ini Kehebatan Senjata Nuklir Rusia, Mengerikan!

Imbas hal tersebut, bank sentral Rusia memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya menjadi 20 persen dari sebelumnya 9,5 persen pada Senin (28/2).

Keputusan darurat ini sekaligus menjadi imbauan bagi perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor untuk menjual mata uang asing.

BACA JUGA:  Rusia Berupaya Keras untuk Menjatuhkan Presiden Ukraina

Hal tersebut dilakukan untuk menyelamatkan Rubel yang saat ini mengalami koreksi cukup tajam terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

"Kondisi eksternal untuk ekonomi Rusia telah berubah secara drastis," kata bank sentral Rusia dalam pernyataannya.

BACA JUGA:  Buat Geram Negara Barat, Ekonomi Rusia Bakal Terguncang

"Kenaikan suku bunga utama akan memastikan kenaikan suku bunga deposito ke tingkat yang diperlukan untuk mengimbangi peningkatan depresiasi dan risiko inflasi. Ini diperlukan untuk mendukung stabilitas keuangan dan harga serta melindungi tabungan warga dari depresiasi," ujar bank sentral Rusia melanjutkan.

Guna menahan tekanan terhadap Rubel, bank sentral beserta kementerian keuangan Rusia mendorong para eksportir untuk menjual 80 persen dari pendapatan mata uang asing ke pasar.

Saat ini, kurs Rubel berada di 119 per USD pada perdagangan Asia.

Bahkan, sepanjang bulan ini Rubel telah terdepresiasi hingga 53,77 persen terhadap dolar AS (ant).

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ranto Rajagukguk

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co